Thursday, January 3, 2019

THE BAJAK BAND


The “BAJAK” adalah singkatan dari Bandung Jakarta, berdiri sejak tahun 1985 - Pionir group band ini dominan berasal dari 2 kota tersebut seperti: Sutip Cucu Zarkoni, Dede Brong, Ahmad Haedar, Eli Ileuy Rahman, Budi Kutu Loncat serta ditambah anak-anak Tasikmalaya yaitu Agus Ateng, Anwar Jarot, Dadang Gema, Ajat Cokrom, Nandang Redoy, dll.

Jenre musik yang dibawakan adalah Rock n’ Roll  copy dari The Beatles, Rolling Stones, CCR, Deep Purple, Dll. Ada yang unik karna beberapa personil juga memiliki keahlian memainkan alat perkusi syariah namanya Tagoni atau Band Cabok seperti Jarot, Dadang dan Utip, mereka seperti George Harison yang dapat memainkan sitar gitar dari India.

Saat itu kita sangat melawan mainstream pesantren yang mengharamkan band, namun kita tetap istiqomah dibawah asuhan Kang Yadi dari Borolong terus berlatih secara diam-diam dan melakukan performa saat Parade Band sePriangan Timur di Gelora Dadaha atau paling tidak menjadi panggilan saat hajatan pernikahan dan sunatan di kampung-kampung.

Pernah suatu hari kami konser gabungan di daerah Cilampung Hilir atas undangan pemuda setempat saat Agustusan, chaospun terjadi karna persaingan dengan beberapa penggemar dangdut. Dangdut hingga saat ini pun kita ketahui “Is The Music of My Country”, saat itu ditampikan di awal acara dengan musik mendayu-dayu membuat penonton bagian depan mengekspesikannya dengan bergoyang nikmat mendalam. Tibalah giliran kami di tengah waktu acara kena giliran mengumandangkan lagu hard beat rock and roll yang membuat penggemar dadakan kami berjingkrak ke kanan dan ke kiri hingga bersinggungan dengan penggemar dangdut. Perkelahian pun terjadi hingga naik ke atas panggung walau akhirnya berakhir damai, sebuah kenangan yang tak terlupakan.

Dulu kami sangat terkenal  walau belum sempat rekaman, penampilan kami sangat western bercelana ketat, rambut panjang jarang disisir, sepatu kulit tinggi hitam. Wesel untuk biaya hidup dan sekolah yang dikirimkan orangtua sering habis di minggu pertama karna membiayai latihan di Badak Paeh, Singaparna, Cieunteung dan Studio Spinx Tasikmalaya. Bahkan kadang kami sering berhutang karna perjuangan berlatih untuk menjadi musikus sejati, dampaknya hasil pelajaran sekolah kami sering sama di bawah rata-rata.

Sebagai Vokalis dan Rhythm Gitaris saat itu saya merasakan seperti Personel Band Ungu di zamannya, Hanya saja saya tak pernah mencoba berkarir untuk menjadi Wakil Walikota seperti Pasha...

Salam Pesantren dan Rock n’ Roll…

A Tribute for The Bajak
Band Cipasung 1987
Yang Tak Pernah Menelurkan Album

Wednesday, January 2, 2019

NUNUNG KULU yang kukenal dan kukenang…

Di penghujung tahun 2018 kemarin, tepat tanggal 31 Desember Aku berencana akan ikut Mabit (malam bina iman dan taqwa). Sebuah acara bermalam di masjid dan mendengarkan ceramah kajian dari beberapa ustadz di Mesjid Komplek perumahanku hingga subuh. Ku ajak kedua anak lelakiku agar mereka terbiasa beritikaf di masjid di luar waktu 10 hari terakhir Ramadhan yang kita kenal, Gerry dan Hadin dua kakak beradik yang usianya terpaut 9 tahun.

Hingga waktunya tiba lepas sholat isya acarapun dimulai dengan satu jam materi pertama Pedoman Dasar Islam, pada awal materi kedua Whatsappku berbunyi dan lanjut kubaca karna isinya ternyata penting sekali. Kabar duka dikirim sahabat SMAku Heru Ramdani, “Telah berpulang ke Rahmatullah Nunung Hasanudin bada isya malam tahun baru karna sakit”.

Ya Allah… Nunung yang kukenal adalah teman pertama sejak masa orientasi di SMAI Cipasung tahun 1984 dulu hingga kami akrab, dia menemaniku kemanapun di lingkungan sekolah karna aku terhalang komunikasi bahasa sunda yang waktu itu masih belum lancar ditambah tak mengenal siapapun kecuali nenekku beserta keluarga di Rancapaku.

Tiga puluh satu tahun kemudian Allah satukan kami kembali di Payung Gerakan Sosial Sedekah Rombongan (#SR), Tahun 2015 BEZO KULU (Nunung) menyambung kiprah SR bersama teman-teman di Tasik. Kulu menjadi Kordinator SR daerah Singaparna dan Cigalontang, membabat alas kantong-kantong kemiskinan berkhidmat pada para dhuafa yang sedang merintih sakit ingin berobat, Kulu mencari kelopak-kelopak miskin yang tidak tersinari kesejahteraan.

Yang masih teringat dari laporan fenomenal Bezo Kulu, sebuah keluarga Ibu Tuti di Galeong Kulon, Desa Nangerang, Cigalontang Tasikmalaya yang ketiga anaknya menderita kelainan tulang genetik di sebuah kampung yang environmentnya sangat buruk. 

Kulu mengkordinir pasukannya di Tasik bukan cuma mendampingi keluarga yang sakit tulang tersebut tapi juga mengirimkan bantuan air bersih, ia menyiapkan bahan material untuk membangun fasilitas umum yang tak layak dan sehat di kampung itu hingga pantas dan dapat digunakan oleh warga kampung.
Waktu itu Bezo Kulu curhat bahagia, “Aku merasakan senang bahagia bergabung di SR, jadi bisa membantu orang-orang miskin, jadi ketagihan… Tak bisa diungkapkan rasanya ketika melihat para dhuafa tersenyum bahagia saat kita ada di sampingnya…!”


Itulah kenangan BEZO KULU atau NUNUNG HASANUDIN yang kukenal… 

Untukmu sahabatku… Aku menjadi saksi engkau adalah orang baik, Allah sudah ada di hatimu sejak lama karna kau selalu menjenguk dhuafa, karna Allah ada di gubuk si miskin. Semoga engkau bahagia di sana, sebahagia ketika engkau menemani kaum papa. Naiknya hormon endorphin di dalam tubuhmu membuat kau bahagia karna kau suka memberi, seiring Allah akan memberikan kebahagiaanmu berkumpul bersama Rasulullah, Para Sahabat dan Kaum Mu’minin di surga-Nya… Aamiin

Selamat jalan bro… Kami semua rindu dirimu


Sahabatmu,
Dede Syaefudin
SMAI Cipasung, Biologi 1987

KOPI PAGI ANAK SANTRI



“Di dalamnya (Alquran) terdapat penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk, serta pembeda antara yang benar dan yang batil (QS.2:185).

Bahagia rasanya menjadi bagian dari group alumni SMAI Cipasung 1987 ini, bisa kembali bersama membaca Alquran seperti waktu SMA dulu. Dua minggu sebelum tahun baru 2019, sahabat kami Euis Purwati membuat IDE untuk Program Khotmil Quran di Group Whatsapp.

Alhamdulillah, Utamanya saya pribadi bersyukur yang biasanya sehari cuma 1-3 halaman bahkan kadang mangkir lupa waktu, kini bisa memaksimalkan dengan setoran Juz yang di rotasi. Terpenting arah group bisa terbentang jelas menuju kebaikan, ketimbang pamer photo makanan, selfie perjalanan serta posting perbedaan pilihan politik yang menjemukan.

Sebagaimana kemuliaan dan mujizat Alquran sebagai firman Allah, diperantarakan oleh ruang dan waktu melalui ciptaan Allah paling agung, Jibril malaikat paling agung, membawa wahyu untuk Muhammad manusia paling agung Rasul penutup zaman sebagai Pedoman Penolong hidup kaum muslimin agar bahagia di dunia dan akhirat.

Kitab suci yang tak pernah bisa dipalsukan karna keterkaitan Bahasa, Ayat, Hadits dan Sejarah untuk memaknainya, maka menjadi sebuah aksiomatis yang tak perlu diuji lagi kebenarannya. Turunnya saja saat ramadhan, bulan paling agung dimana ada satu malam yang paling agung sama dengan lebih dari 1000 bulan.

Diantara mukjizat dua puluh lima Nabi dan Rasul Allah Ta’ala, hanya mukjizat AlQuran yang abadi. Ia tetap menjadi mukjizat yang mudah diterima oleh ruh dan akal yang merasuk ke hati, memberi manfaat di dunia. Bahkan sampai ke akhirat, sebagaimana sabda Nabi Saw, “Bacalah Al Quran, sebab ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi sahabat-sahabatnya (orang yang membaca dan mengamalkannya).” (HR.Muslim dan Ahmad).

Mukjizat Al Quran tidak luntur di hati orang-orang beriman. Menjadi bacaan yang solutif bagi setiap kondisi. Memberi ketenangan di hati, dirindukan dan diminati. Nilai ruh, ilmu dan hikmahnya tidak lekang. Tidak kadaluarsa karena pergantian waktu, rotasi kepemimpinan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, adat-istiadat dan dari pengaruh lainnya.

Quran juga sebagai Kitab Best Seller, dibaca oleh penduduk bumi yang beriman dengan satu bahasa yang seragam, intonasi panjang dan pendek yang beraturan serta artikulasi yang baik dalam Arabic Prenounciation.

Semoga kita menjadi kaum yang beruntung untuk selalu dapat istiqomah bersama membacanya hingga Quran menolong kita masuk surga-Nya, Aamiin.

Alfakir,  
de' Syaefudin
Mantan Personil

Sunday, July 29, 2018

ABDUR-RAHMAN BIN MULJAM, POTRET BURAM SEORANG KORBAN PEMIKIRAN KHAWARIJ


Kebenaran Pemahaman dan Itikad Yang Baik merupakan tonggak penting dalam mengaplikasikan ajaran Islam secara benar. Dua perkara ini harus seiring-sejalan. Ketika salah satunya tidak terpenuhi, maka tabiat orang-orang Yahudi yang tidak mempunya itikad baik di hadapan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penganut Nashara yang berjalan tanpa petunjuk ilmu akan berkembang di tengah umat. Akibatnya timbullah kerusakan…

Contoh perihal bahaya dari pemahaman yang benar, tapi tidak punya Itikad yang baik adalah Barbaria, Barbaria adalah sosok Ulama bani Israil yang paham agama tapi tidak mempunyai Itikad yang baik, dia mengkomersilkan agama dan fatwanya, sebagaimana disebutkan Rasulullah dalam sunnah Imam Ahmad.

Contoh perihal bahaya dari pemahaman yang tidak lurus ini, dapat dilihat pada diri Abdur-Rahman bin Muljam. Sosok ini telah teracuni pemikiran Khawarij. Yaitu satu golongan yang kali pertama keluar dari jamaatul-muslimîn. Sejarah mencatat kejahatan kaum Khawaarij ini telah melakukan pembunuhan terhadap Amirul-Muminin Ali bin Abi Thalib, yang juga kemenakan Rasulullah Saw.

SIAPAKAH ABDUR-RAHMAN BIN MULJAM?
Merupakan kekeliruan jika ada yang menganggap Abdur-Rahman bin Muljam dahulu seorang yang jahat. Sebelumnya, Abdur-Rahman bin Muljam ini dikenal sebagai ahli ibadah, gemar berpuasa saat siang hari dan menjalankan shalat malam. Namun, pemahamannya tentang agama kurang menguasai.
Meski demikian, ia mendapat gelar al-Muqri`. Dia mengajarkan Al-Quran kepada orang lain. Tentang kemampuannya ini, Khalifah Umar bin al Khaththab sendiri mengakuinya. Dia pun pernah dikirim Khaliifah Umar ke Mesir untuk memberi pengajaran Al-Quran di sana, untuk memenuhi permintaan Gubernur Mesir, Amr bin al-Aash, karena mereka sedang membutuhkan seorang qari.
Dalam surat balasannya, Umar menulis: “Aku telah mengirim kepadamu seorang yang shalih, Abdur-Rahman bin Muljam. Aku merelakan ia bagimu. Jika telah sampai, muliakanlah ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Quran kepada masyarakat”.
Sekian lama ia menjalankan tugasnya sebagai muqri`, sampai akhirnya benih-benih pemikiran Khawarij mulai berkembang di Mesir, dan berhasil menyentuh athifah (perasaan)nya, hingga kemudian memperdayainya.[1]

MERENCANAKAN PEMBUNUHAN TERHADAP ALI BIN ABI THÂLIB [2]
Inilah salah satu keanehan Abdur-Rahman yang sudah terjangkiti pemikiran Khawarij. Tiga orang penganut paham Khawarij – Abdur-Rahman bin Muljam al-Himyari, al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amr bin Bakr at-Tamimi – mereka berkumpul bersama, sambil mengingat-ingat tentang Ali Radhiyallahu ‘anhu yang telah menghabisi kawan-kawan mereka di perang Nahrawan. Mereka pun berdoa memohon rahmat kebaikan bagi orang-orang yang telah menemui ajalnya itu.

Peristiwa peperangan Nahrawan sangat membekaskan luka mendalam pada hati mereka. Salah seorang dari mereka berkata: “Apa lagi yang akan kita perbuat setelah kepergian mereka? Mereka tidak takut terhadap apapun di jalan Allah Swt. Sebaiknya kita mengorbankan jiwa dan mendatangi orang-orang yang sesat itu [3]. Kita bunuh mereka, sehingga negeri ini terbebas dari mereka, dan kita pun telah melunasi balas dendam?”
Akhirnya, mereka merencanakan balas dendam dengan merancang pembunuhan terhadap tiga orang yang mereka anggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Pembunuhan ini mereka anggap sebagai tangga untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka sepakat melakukan pembunuhan terhadap tiga orang itu, yaitu Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyyah dan Amr bin al Ash Radhiyallahu ‘anhum, dan mereka berani mempertaruhkan nyawa untuk mewujudkan rencana keji itu.
Rencana Abdur-RahmAn bin Muljam untuk membunuh Ali Radhiyallahu ‘anhu kian menguat setelah didorong oleh seorang perempuan.
Dikisahkan, adalah Fitham nama wanita itu. Kecantikannya yang masyhur di tengah kaum muslimin telah berhasil merebut hati Abdur-Rahman bin Muljam. Hingga ia melupakan misi jahatnya di Kufah, yaitu membunuh Amirul-Mu`minin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Namun tak terduga, hasratnya memperistri wanita yang terkenal cantik itu, justru memicu niatnya yang sempat terlupakan.

Pasalnya, selain permintaan mas kawin yang berupa kekayaan duniawi, wanita ini juga memasukkan pembunuhan terhadap Ali Radhiyallahu ‘anhu sebagai syarat, jika Ibnu Muljam ingin memperistrinya. Syarat pinangan yang aneh ini yang kemudian mengingatkan Ibnu Muljam dengan niat jahat itu, dan ia bertambah semangatnya untuk segera mewujudkan niat buruknya. Katanya, ”Ya, ia adalah bagianku. Demi Allah, tidaklah aku datang ke tempat ini kecuali dengan niat untuk membunuh ‘Ali”. Syarat ini terpenuhi dan pernikahan pun dilaksanakan. Semenjak itu, sang wanita ini selalu membakar semangat suaminya untuk merealisasikan niatnya. Bahkan ia memberi bantuan kepada Ibnu Muljam seorang lelaki yang bernama Wardan untuk mewujudkan rencana jahat itu.
Setelah itu, Ibnu Muljam pun mengajak seseorang yang Syabiib bin Najdah al Asyja’i. Katanya,”Maukah engkau memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?”
Tetapi, begitu mendengar yang dimaksud ialah membunuh Ali Radhiyallahu ‘anhu, maka Syabib menampiknya. Karena ia mengetahui, Ali Radhiyallahu ‘anhu memiliki jasa yang sangat besar bagi Islam dan kaum muslimin, dan ia memiliki kedekatan dalam hal kekerabatan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Melihat penolakan ini, Ibnu Muljam tak kalah cerdik. Dengan agresifitasnya, ia membakar emosi Syabib dengan menyebut kematian orang-orang Khawarij di tangan Ali. Yang akhirnya, ia berhasil menjinakkan hati Syabib. Padahal Khalifah Ali bin Thalib - pada masa itu - ialah orang yang paling tekun beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, paling zuhud terhadap dunia, paling berilmu dan paling bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla.
Mereka bertiga kemudian bergerak melancarkan niatnya pada malam 17 Ramadhan 41 H. Hari yang sudah diputuskan oleh Ibnu Muljam, al-Burk dan Amr bin Bakr untuk menyudahi nyawa tiga orang sahabat Rasulullah, yaitu Ali, Mu’awiyyah, dan Amr bin al-Ash Radhiyallahu ‘anhum.

Begitu waktu subuh tiba, sebagaimana biasa Amirul-Mu`minin Ali bin Thalib keluar dari rumahnya untuk melakukan shalat Subuh dan membangunkan manusia. Saat itulah pedang Khawarij yang beracun menciderai Ali Radhiyallahu ‘anhu. Ketika Ibnu Muljam menyabetkan pedangnya pada bagian pelipis Ali Radhiyallahu ‘anhu, ia berseru: “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan milikmu atau orang-orangmu (wahai Ali),” lantas ia membaca ayat :
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. [al Baqarah/2:207].[4]
Mendapat serangan ini, Amirul-Mu`minin berteriak meminta tolong. Dan akhirnya Ibnu Muljam berhasil ditangkap hidup-hidup. Adapun Wardan, ia langsung terbunuh. Sedangkan Syabîb berhasil meloloskan diri.

AKHIR KEHIDUPAN ABDUR-RAHMAAN BIN MULJAM
Ketika Amirul-Mu`minin Ali bin Thalib Radhiyallahu ‘anhu dipastikan meninggal karena serangan Ibnu Muljam, maka diputuskanlah hukuman mati bagi Ibnu Muljam. Hukuman ini diawali dengan memotong kedua kaki dan tangannya dan menusuk dua matanya, kemudian dilanjutkan dengan membakar jasadnya.
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata tentang Ibnu Muljam: “Sebelumnya, ia adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, akhir kehidupannya ditutup dengan kejelekan (su`ul khatimah). Dia membunuh Amirul-Mu’minin Ali Radhiyallahu ‘anhu dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tetesan darahnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi ampunan dan keselamatan bagi kita”.[5]

Berbeda dengan anggapan kalangan Khawarij. Di tengah mereka, Abdur-Rahman bin Muljam ini dielu-elukan bak pahlawan. Dia mendapatkan pujian dan sanjungan. Di antaranya keluar dari Imran bin Haththan. Orang ini, sebelumnya dikenal sebagai ahli ilmu dan ahli ibadah. Namun, perkawinannya dengan seorang wanita yang memiliki pemikiran Khawarij, menjadikannya berubah secara drastis. Dia mengikuti pemahaman istrinya. Dia merangkai bait-bait syair sebagai pujian yang ditujukan kepada Abdur-Rahman bin Muljam:

Oh, sebuah sabetan dari orang bertakwa, tiada yang ia inginkan…
selain untuk menggapai keridhaan di sisi Dzat Pemilik ‘Arsyi…
Suatu waktu akan kusebut namanya, dan aku meyakininya…
(sebagai) insan yang penuh timbangan (kebaikannya) di sisi Allah…[6]

Pujian ini tentu merupakan perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan), sehingga dapat menyeret seseorang menjadi keliru dalam memandang kebatilan hingga terlihat sebagai kebenaran di matanya. Na’udzu billahi min dzalik. Golongan lain yang juga memberi sanjungan kepada pembunuh Ali Radhiyallahu ‘anhu, yaitu golongan Nushairiyyah. Konon katanya, karena Ibnu Muljam telah melepaskan “ruh ilâhi” dari tanah.[7]

BEBERAPA PELAJARAN DARI KISAH DI ATAS
1. Pemahaman yang benar dalam mengaplikasikan Islam merupakan keharusan bagi seorang muslim. Dalam hal ini, para sahabat merupakan generasi Islam pertama, yang pastinya paling memahami Islam. Mereka mereguknya langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika muncul pergolakan yang disulut kaum Khawarij, tidak ada satu pun dari sahabat yang merapat ke barisan mereka. Pemahaman-pemahaman terhadap Islam yang tidak mengacu kepada para sahabat - sebagai generasi pertama umat Islam - hanya akan berakhir dengan kekelaman. Motif mereka sesat, karena beranggapan pembunuhan ini sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Alasan demikian tentu menjatuhkan citra Islam, dan menjadi ternoda karenanya. Hal ini bisa menimpa siapa pun yang berbuat tanpa dasar ilmu, tanpa pemahaman yang lurus, dan hanya mengandalkan perasaan atau hawa nafsu semata.

2. Kebodohan itu berbahaya, lantaran menyebabkan ketidakjelasan barometer syar’i bagi seseorang, sehingga membuat kelemahan dalam tashawwur (pendeskripsian) dalam memandang suatu masalah.[8]

3. Bahaya teman dekat (istri, suami) yang berpemikiran buruk atau menyimpang. Wallahu a’lam

[Intisari Ceramah Tarawih 7 Ramadhan 1439H, Ustadz Mujahid Nur Islami LC. di Mesjid Darussalam, Griya Tugu Asri, Depok]


Footnote:
[1]. Nukilan dari Al Ghuluww, Mazhâhiruhu, Asbâbuhu, ‘Ilâjuhu, Muhammad bin Nâshir al ‘Uraini, Pengantar: Syaikh Shâlih al Fauzân, Tanpa Penerbit, Cetakan I, Tahun 1426 H.
[2]. Lihat al-Bidayah wan-Nihâyah, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah, Maktabah ash-Shafâ, Cetakan I, Tahun 1423H-2003 M (7/266-268)
[3]. Maksudnya ialah ‘Ali bin Abi Thâlib, Mu’awiyyah dan ‘Amr bin al-‘Âsh Radhiyallahu ‘anhum.
[4]. Ibnu Muljam mengira dirinya masuk dalam konteks ayat yang ia baca itu, Pen.).
[5]. Mizânul-I’tidâl, Abu ‘Abdillah Muhammad adz-Dzahabi, Darul-Ma’rifah, Beirut, tanpa tahun, 2/592.
[6]. Al-Farqu bainal-Firaq, ‘Abdul-Qâhir al-Baghdâdi, Darul-Kutub al-‘Ilmiyyah, tanpa tahun, hlm. 62-63.
[7]. Al-Mausû’atul-Muyassaratu fil Ad-yâni wal-Mazhâhibi wal-Ahzâbil-Mu’âshirah, Cetakan V, Tahun 1424 H / 2003 M, 1/392.
[8]. Asbâbu Ziyâdatil-‘Imân wa Nuqshânihi, Prof Dr. ‘Abdur-Razzâq al-‘Abbâd, Ghirâs, Cetakan III, Tahun 2003M, hlm. 62.

Thursday, August 17, 2017

Kaka.. Kitorang Kurir SR Papua...!



Pada penghujung hari perayaan di venue #Milad6 #SedekahRombongan di Desa Wisata Tembi, PARJIYO adalah nama Homestayku yang di depannya ada MIE JAWA BU ETI yang juga pemilik rumah sederhana itu sesuai plang inisisasi merk dagangnya. Posisinya agak lumayan jauh dari inner-spot dan mesjid besar tempat peserta milad yang beragama islam diarahkan sholat berjamaah. Rumah sederhana dengan induk semang yang ramah someah loh jinawi sangat klop terlihat paduan pemilik dan yang dimilikinya, kamar yang agak kurang nyaman bagiku tapi tak dirasa karna sukacita milad dan suasana desa yang begitu eksotik membuatku sangat menikmatinya.

Pagi itu acara berbagai perlombaan dikemas varian oleh kekompakan panitia dalam suasana dirty outdoor, yang aku sendiri tidak ikut meramaikan dikarnakan beberapa Koordinator Kota berkunjung ke kamarku, minta bertemu sang Kopral yang sedang ngantuk karna semalam hanya tidur 2 jam, mulai dari Tuban Lamongan Bojonegoro, Sorong Papua, Solo dan juga seorang Fajar Arini selevel HRD Managernya SR Pusat khusus minta aku membuatkan draft pidato menyambut Gusti Candra Kirana - puteri ketiga Ngarso Dalem Sri Sultan Hamgkubuwono X pada agenda terakhir sebagai penutup milad jam 11.00 nanti.

Selusin kepala memadati space kamar, kota perkota secara unofficial mendiskusikan update gerakan SR kebanggaan kota mereka, sampai giliran mbak Arini di-skip sementara karna harus mendahulukan diskusi 8 kurir Sorong Papua yang akan pulang siang itu. Koordinator Wilayah Brata Manggala, Korkot Sorong Hamdani Tukloy, Faisal, Nani, Pasinem, Ibu Suhaemi, Mama Tenci dan lainnya memulai diskusi panas dengan gaya intonasi mirip orang baku hantam yang pastinya membuat perhatian orang di luar kamar.
Satu pihak tidak puas dengan kerja Koordinator Sorong saat ini, sepihak lain dituduh tidak transparan, lainya beranggapan ada yang mengkotak-kotakkan kumpulan kurir Sorong agar tidak bersatu. Ampuuun Gusti Allah… Dalam hatiku mereka telah merusak suasana milad sendiri, mereka lupa bahwa koordinasi adalah harga mati dalam organisasi, mereka lupa kalo sedang beribadah jamaah, mereka lupa kalo jabatan seorang Koordinator di SR itu bisa jauh dari surga dan mereka lupa makna Mencari Muka di depan Tuhan.

Hingar bingar kegalauan pendapat itu berhenti akhirnya pada resonansi terakhir, seakan terpuaskan hasrat yang selama ini dipendam di jiwa mereka masing-masing setelah semuanya mengungkap. Tiba giliran Mama Tenci, seorang Ibu yang memulai tua itu minta diberikan kesempatan bicara, dengan logat kental bumi cendrawasih, iapun berujar:
“Saya orangtua disini di group Sorong, coba kalian dengarkan seperti yang saya harapkan. Misi kita di SR adalah mencari muka di depan Tuhan, apa kalian lupa?. Kenapa kita bisa kembali lagi ke Milad 6 karna kita cinta SR, saya seperti kang Eded suka organisasi sosial dan sejak muda umur 14 tahun saya sudah masuk Karang Taruna, sampai tua saya ikut PKK dan lainnya. Kang Eded bilang dari seumur hidupnya SR adalah organisasi yang sangat berkesan dalam hidupnya!” 

“Saya masih teringat kata-kata Kang Eded pada #Milad5SR, lupakan ego jika kita berhadapan dengan kebaikan. Katanya kita orang sedang cari muka di depan Tuhan? Yang benar saja kalian pikir?. Maaf Kang Eded saya jadi harus sampaikan bahwa, suami saya sempat protes, Mama kenapa kau seperti tergila-gila dengan SR? nanti lama-lama kau bisa masuk Islam. Spontan saya jawab, Papa itu tidak mungkin… karna SR hadir dengan beberapa agama untuk membantu orang miskin, dan perlu papa tahu di Sorong sini yang banyak sekali dibantu SR adalah jemaat Nasrani saudara kita, Maka itu saya sangat cinta SR karna kita diberikan jalan oleh Tuhan mengurus orang yang sedang sakit“ tutup Mama Tenci diiringi tangisan dan derai air mata seorang ibu yang prihatin melihat anak-anaknya yang sok pintar dan egois semua.

Arini ikut menangis dan seluruh isi kamar ikut menangis, tak terkecuali aku yang berusaha menahan kelopak mata yang sudah mulai menggenang ini. Aku malu merasa tak lebih baik dari Mama Tenci, tapi ia selalu mengingat dan menyebut katanya aku, padahal aku yang sangat kagum pada Mama Tenci. Astaghfirullah…

Tiba giliran Sang Kopral yang Sompral ini bicara, yang sok ngatur selama ini dan sok cool n' wise… “Mamaku Tenci, Ibu Suhaemi, Saudaraku, adik-adikku dari Papua…! Dari awal kabar kedatangan kalian di Kota Jogja Istimewa ini, saya sudah tidak dapat berbicara banyak dengan kalian karna kagum dengan kalian semua. Biaya transportasi milad kalian yang perorang 6juta dikumpulkan selama 6 bulan berdagang makanan di Car Free Day Kota Sorong saja sudah membuat saya speechless, tak ada yang lebih baik pengorbanannya dari kalian sebagai kurir di SR. Di sisi lain banyak kurir yang mampu namun minta digratiskan transportasi dan biaya miladnya karna menuntut ganti perasaan mereka yang selama ini berkorban untuk SR tidak digaji…!” Dadaku semakin bergetar tak mampu untuk berbohong…

Dalam pepatah minang, “Bersilang Kayu di dalam Tungku di sana Api Menyala”. Semangat kita sedang membara untuk SR walau diiringi debat pendapat, namun jangan hilangkan nafas Ilahi sebagai tujuan utama kita agar berujung pada kemaslahatan. Sangatlah tidak ikhlas ketika kita menyayangi para dhuafa namun sesama kurir tidak saling peduli memperbaiki dengan kasih sayang, sesuai esensi Tuhan kepada manusia yang tak pernah berhenti mengasihi dan menyayangi”.

Diskusi panas itu akhirnya untung berujung seiring siang membentang di langit Jogjakarta, biarlah Allah saja yang memberikan rating pujian-Nya sebagai program yang ikhlas untuk-Nya dan populer di langit sana dengan tujuan kepedulian kita melalui SR. Kita semua tersadar dan menyesal, saling bermaafan bersalaman dan berpelukan, pikirku mereka adalah saudara kita yang sangat ditunggu kaum miskin di kotanya. Kita patut peduli dan berbagi dengan mereka walau dengan sedikit ilmu, agar semua mampu berdiri dengan kepercayaan diri.


Bayanganku menerawang jauh lebih setahun lalu pernah berkunjung ke Sorong, disana kutemui para dhuafa penderita 3 penyakit pembunuh: Malaria, TBC dan HIV. Aku tak cukup dengan merasa khawatir saja tanpa menjadi sumber kehangatan bagi mereka dalam merahmati semesta alam, sebab hamparan rumput hijau segar sekalipun, kalau tak disinari matahari akan berubah menjadi tanah yang gundul… 



Salam #TembusLangit untuk Kurir Sorong dan  Papua
@Kang Eded


Sunday, June 4, 2017

PERJALANAN MENCARI CAHAYA - A True Story

"They READ it with their finger tips, while I could read nothing. I thought I was A MOST BLIND among the blind people…”.  

Rasakan cerita ini… 

Awal Mei 2017, sebuah info menyapa para kurir #SedekahRombongan Bekasi. Tentang dua bocah dhuafa yang tak dapat melihat,  berada di sebuah wilayah yang lumayan jauh dari tempat saya tinggal. Tanggal 6 Mei 2017, saya dan rekan-rekan kurir mendatangi kediaman dua bocah itu. Berbekal secarik alamat rumahnya, di Kp. Cempaka, RT 013/004 Desa Sirnajaya, Kec. Serang Baru, Kab. Bekasi. Setelah bertanya sana sini, berjalan kaki kurang lebih 20 menit karena akses rumah keluarga itu tak bisa dimasuki mobil. Menyusuri jalanan tanah yang untungnya tidak sedang musim hujan. Desa yang lumayan tandus, dengan tingkat kemiskinan yang memprihatinkan.

Tibalah kami di gubuk si miskin, sebuah rumah berlantai tanah, berdinding kayu dan bilik, ada lubang besar di sana-sini, cahaya remang dan semerbak bau lembab melengkapi kisah nyata ini. Masuk ke dalam tak kita dapati barang berharga selain bale usang, kami langsung diterima oleh Wawan (42) dan  Kanah (33) yang tak lain adalah kedua orangtua bocah malang ini.

Suami istri ini menetap di rumah yang kumuh bersama 3 orang anak dan dua di antaranya yang menjadi tujuan kedatangan Tim #SR. Di salah satu sudut rumah itulah duduk dua bocah yang hanya mengenakan kaus dalam, tatapannya kosong namun nampak waspada dengan raut ketakutan menyadari ada suara-suara asing yang hanya bisa mereka dengar. Ya, kedua anak ini buta sejak lahir. Dalam istilah kedokteran disebut katarak kongenital, yang dimungkinkan bisa terjadi sejak lahir tanpa menyebabkan nyeri.

Batin saya terkesiap, jantung saya serasa berhenti berdetak. Menyadari dua kakak beradik ini, Wilda Sari (7), dan Kandi Wijaya (5) telah melewatkan usia kanak-kanak mereka dalam kegelapan tanpa cahaya. Mata saya basah…  juga saya melihat dua rekan saya yang lainpun ikut berkaca-kaca, kami merasa telah jatuh rasa melihat apa yang diperlihatkan Tuhan di hadapan kami saat ini. Sebuah cermin terbalik dalam kehidupan kita, saat anak-anak yang lain setiap saat dapat bermain, tertawa dan berteriak gembira menyaksikan film kartun di televisi sementara kedua anak ini bertahun-tahun tak mampu melihat warna dunia selain hitam.

Wawan tak punya pekerjaan tetap, ia bekerja serabutan hanya untuk makan sekeluarga. Sedangkan Kanah tak bisa membantu urusan nafkah karena keadaan dua buah hati yang tak memungkinkan untuk ditinggal sendiri. Dalam harapannya, pasangan ini ingin Wilda dan Kandi bisa hidup normal seperti anak-anak seusianya, dapat bersekolah, bermain dan tumbuh menjadi anak sholeh dan sholehah. Namun apa daya, mereka hanya seonggok benda yang mengisi ruang kelompok masyarakat miskin negeri ini yang bermasalah dengan ekonomi. Mereka memilih diam pasrah sebagai pengganti doa-doa yang tak terucap setiap saat.


Cerita pengobatan mereka, awalnya pernah dibantu sebuah lembaga sosial untuk ihtiar kesembuhannya 3 tahun lalu ke sebuah Rumah Sakit di Bandung. Namun seperti biasa RS meminta biaya untuk jaminan awal sebesar 5juta rupiah, spontan membuat keluarga ini menyerah. Sejak itu mereka pasrah tak lagi akan berniat berobat, belum lagi membayangkan biaya transportasi akomodasi yang menjadi beban paralel bagi mereka. Mereka yang tak berpendidikan dan awam urusan birokrasi memilih berhenti, sekalipun waktu berikutnya ada bantuan BPJS yang mereka tetap tak mampu membayar iurannya dan terus berhutang pada pemerintah bukan seharusnya pemerintah berhutang pada mereka.

Menutup kunjungan kami di keluarga Wawan, Form Survey sudah lengkap kami isi sebagai Standard Operation Procedure. Kami pamit dan langsung berdiskusi di jalan pulang atas hasil Kick-Off meeting dengan Rakyat Miskin ini, mereka keluarga baru kita yang wajib kita perhatiakan lebih manusiawi. Lanjut esoknya kita memulai proyek langit ini, sebuah revolusi membantu dhuafa, mensukseskan program pemerintah entaskan kemiskinan. Diawali dengan mengurus dan membayarkan tunggakan BPJS, kembali mengantarkan observasi awal di RSUD Cibitung hingga dalam hitungan hari berikutnya mereka sudah dirujuk ke RS Mata Cicendo Bandung.

Tanggal 11 Mei 2017, jam 03.00 dini hari, Mobil Tanggap Sedekah Rombongan (MTSR) memulai kunjungan awal ke RS Cicendo Bandung membawa Wilda dan Kandi, saya ingat betul betapa seluruh kurir #SRBekasi begitu antusias memantau perkembangan kedua anak itu. Bocah malang yang telah merebut hati, dengan keadaannya yang dhuafa lagi buta. Sambil menunggu perkembangan mereka hari demi hari, bantuan para sedekaholics pun mulai mengalir yang dititipkan kepada kurir #SR. Baik itu berupa makanan atau pakaian untuk keduanya. Pada kunjungan ketiga 29 Mei 2017, Wilda dan Kandi diantar lagi ke Bandung dan ditampung di Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Jalan Sukajadi Bandung untuk kemudian masuk ke ruang isolasi bagi persiapan operasi sebelah mata mereka pada 1 Juni dan naik kemeja operasi tanggal 2 Juni 2017.


Kemarin siang kami mendapat kejutan dari Muhammad Amin - Driver MTSR Bekasi yang mendampingi mereka dengan mengirimkan foto kedua bocah lucu itu usai dioperasi. Suasana haru menyeruak di grup #SRBekasi dan #SRDKIJaBarBanten menyaksikan senyum Wilda dan Kandi dengan mata yang masih tertutup kasa. Kami juga melihat bagaimana air mata kedua orang tua bocah itu tumpah dipelukan kurir #SR yang menjemput mereka kembali ke Bekasi. Tangis haru dan bahagia menjadi satu, larut dalam rasa syukur yang tak terukur, tak menyangka ketika keputus-asaan mereka yang hidup dalam kekurangan, tak mungkin bisa membayangkan kedua buah hati tercinta mampu menemukan kembali cahaya kehidupan mereka. Ternyata bukan cuma bayangan yang mereka temukan, tapi sebuah kenyataan bahwa ada tangan-tangan yang Tuhan pilihkan telah sampai kepada mereka. Menerbitkan harapan mereka dan kita yang selama ini telah padam.

Dadaku berdegup kencang tak bisa menolak bahagia, terlebih untuk Wilda dan Kandi. Dua bocah yang menempuh jalan panjang menemukan cahaya kembali, bersinarlah terus wahai permata hati. Sambut masa depan yang cerah di depan sana yang telah menanti, dunia kini milikmu. Perjalanan menemukan cahaya itu memang belum berakhir, namun secercah cahaya ini adalah mentari pagi, yang akan disusul oleh cercah sinar yang lebih terang lagi...

Terima kasih para Kurirs dan Sedekaholics www.sedekahrombongan.com, semoga bantuan kalian pada Wilda dan Kandi menjadi Pahala yang dahsyat di Ramadhan yang indah ini... 

"Tiada satu hatipun yang tergetar, tanpa Allah mengetuknya... Seperti MATA kita, takkan berfungsi tanpa Allah ciptakan cahaya. Begitupun AKAL takkan berfungsi dengan baik tanpa Allah memberikan Rahmat-Nya..."



Contributor: Suharna - Korwil SR Bekasi
Writter : Sri Suharni Maks – Kurir SR Kab. Bekasi

Friday, April 7, 2017

THE POWER OF JAMAAH




Puji syukur bagi Allah yang dengan kemutlakan kekuasaan-Nya menentukan perubahan keadaan semua mahluk ciptaan-Nya, DIA Maha Lembut dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya di saat menghadapi beratnya cobaan dan suasana yang mencemaskan.
Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. Beserta segenap keluarga, para sahabat yang mengabdikan hidup untuk menegakkan kebenaran Allah sepanjang zaman.

Para sahabat yang budiman, khususnya para Kurir #SedekahRombongan… Seiring dengan tulisan ini tibalah saatnya saya berbicara dari hati ke hati, khususnya mengenai perjalanan 5 tahun lebih keberadaan saya di Sedekah Rombongan bersama Koordinator Utama, Koordinator Wilayah, Kordinator Kota dan Para Kurir di seluruh Indonesia. Menyambung curhat saya tentang Sedekah Rombongan 4 tahun lalu di : "Refleksi 2 tahun bersama #SedekahRombongan", semoga tulisan ini menjadi pelengkap.

Semua Kurir begitu ikhlas bekerja hingga SR tumbuh laksana bayi yang sehat dan makin dinantikan kiprahnya meluas di tengah-tengah rakyat Indonesia, SEDEKAH ROMBONGAN adalah sebuah gerakan revolusioner yang secara berjamaah digerakan oleh kumpulan orang-orang yang ingin berkhidmat pada dhuafa sakit, gayanya sangat jalanan, menyantuni tanpa prosedur rumit hingga dhuafa bisa tersenyum dan maka pada awalnya SR menjuluki sendiri sebagai kelompok sedekah jalanan yang sat-set sekali bergerak membantu si miskin berobat. Tahun pertama pencapaian manfaat donasi terdistribusi mencapai angka 1 milyar rupiah dengan hanya berbasis media sosial Twitter dan hanya digerakan oleh puluhan orang, hingga kini masuk tahun ke 6 mencapai 50 milyar lebih diangkat oleh lebih dari 500an kurir se-Indonesia.

Alhamdulillah, dari mulai beberapa gelintir orang di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera hingga kini dilengkapi Kalimantan, Bali, Maluku serta Aceh dan Papua telah bergabung menjadi kurir di beberapa daerah dan SR kini telah menjadi sebuah jaringan layaknya cabang organisasi atau cabang perusahaan. Kita telah memiliki 14 Rumah Singgah untuk transit para pasien rujukan serta 38 Ambulan sebagai kendaraan operasional mobilisasi dan demobilisasi, menggapai distribusi hingga 312 dari 514 kabupaten kota di Nusantara, sebagai catatan Indonesia memiliki 420 kabupaten dan 94 kota yang secara rasio sudah 60,7% dari seluruh daerah tersentuh Sedekah Rombongan. 

Sedekah Rombongan memiliki format yang kongkrit bagi Public Private Partnership untuk membantu pemerintah,  menukil sambutan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa saat Milad ke 5 SR di Jepara, “Triple-P adalah sebuah keniscayaan, Keterbatasan SDM, Energi, Anggaran dan Struktur yang ada di Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Pemkab dan Pemko maka Community Participation itu menjadi aspek yang sangat penting untuk percepatan layanan masyarakat”.

Banyak sudah sukacita dan dukacita mengiringi tumbuh kembangnya SR, hikmah yang didapatpun sangat melimpah baik dari ketentraman jiwa karna membantu dhuafa serta ilmu yang diperoleh dan utamanya banyaknya dhuafa terobati. Mengurus fasilitas kesehatan bagi dhuafa dan mendampingi mereka pulang dan pergi ke rumah sakit hingga sembuh adalah makanan sehari-hari kita, kadang kita didoakan mereka, didekap badan kita serta diciumi tangan kita adalah ekspresi doa yang mereka lakukan pada kita walau sebetulnya kita tidak meminta.

Suatu hari di sekitaran RSCM Jakarta di pinggir jalan Inspeksi Kali Ciliwung ada seorang Ibu setengah baya asal Wonogiri sedang menangis bersama dengan anaknya lelaki berusia 12 tahun. Mereka bersedih hati karna sudah 2 hari berobat ke RSCM tapi loket pendaftaran Poli tutup, mereka kesiangan karna jarak tempuh yang sangat jauh berkendaraan umum dari Tangerang ke Jakarta Pusat membuat mereka selalu terlambat sampai Jakarta. Anaknya sebut saja bernama Wawan saat itu kelas 5 SD dan sekolahnya memaksanya keluar dikarnakan sering tidak hadir di kelas sebab sakit yang dideritanya, Wawan sering muntah darah - Ia terkena Varices Oesophagus adalah suatu keadaan di mana kelainan pembuluh darah vena, karena pembuluh darahnya membengkak  dan mengalami kesulitan mentransport darah melalui katup-katupnya.
Singkat cerita, Ibunda Wawan dipertemukan Allah ke Rumah Singgah Sedekah Rombongan Jakarta (RSSR) dan ia langsung menangis bercerita pada saya bahwa ia sudah kehabisan ongkos untuk pulang tapi belum juga berobat untuk Wawan. Kita langsung siapkan kamar di RSSR serta keperluan Wawan dan Ibunya untuk melanjutkan perobatannya esok hari, Mobil Tanggap Sedekah Rombongan (MTSR) mengantarkan Wawan dan Ibunda ke rumahnya untuk mengambil kelengkapan pakaian untuk tinggal di RSSR tanpa dipungut biaya apapun. Subhanallah… Rumah mereka berukuran kecil dan kumuh dari mulai dinding, lantai dan propertynya, ditemani Kurir SR sambil merekatkan satu persatu plastik pembungkus menggunakan api dari lilin, janda pedagang keliling makanan ringan ini mengutarakan harapannya untuk membesarkan Wawan anak lelaki satu-satunya agar sehat bisa bersekolah seperti anak lainnya.

Jutaan cerita tangisan si miskin adalah soal-soal ujian dari Rabbul ‘Alamina yang wajib kita jawab bersama, salah satunya cerita tentang keluarga Wawan ini wajib kita buat kontemplasi bahwa mereka adalah saudara baru kita yang lebih layak kita ajak komunikasi dan kita bantu berobat, jika kita sendiri menolongnya pasti ada keterbatasan dana dan tenaga. Maka konsep jamaah di SR adalah solusi terbaik untuk mengangkat bersama-sama keadaan sakit para kaum ploretarian, SR hadir untuk sebuah kedaruratan, untuk menutupi blank-spot yang selama ini tak terjamah pemerintah. Rakyat yang bijaksana adalah yang selalu membantu kekurangan pemerintah dan kita tak perlu mencibir pemerintah, lakukan kebaikan secara ikhlas - istiqomah - tanpa mencibir adalah standar pertama sedekah.

Tak mampu rasanya mencari penyebab orang-orang yang tadinya tidak saling mengenal tapi kini seperti saudara yang memiliki kasih sayang yang sangat kuat, mengangkat beban para dhuafa digerakan tanpa upah dan kedudukan karir yang penuh penghormatan dunia. Keterseharian kita yang sudah bersahabat dengan dhuafa adalah lebih manusiawi, kita disibukan dengan bantuan yang mereka harapkan. Seperti menjadi Kurir Sedekah Rombongan seakan Allah telah memilih kita untuk mengurus mereka, tapi yang terpenting ikhlas karna Allah. Memang apa yang kita lakukan sangat luar biasa, heroik, namun jadikanlah yang luar biasa itu menjadi biasa agar tak hadir jumawa. 

Hikmah membantu dhuafa itu menaikan Hormon Endorphin, suatu zat atau senyawa kimia yang diproduksi tubuh untuk membuat seseorang merasa senang dan berdampak baik untuk kekebalan tubuh -  mengobati kegalauan hidup, penuh rasa bahagia, juga tak luput dari pahala yang akan Allah berikan.

Kita tarik benang merah dari profesi kita sebagai Kurir, semua yang kita lakukan di Sedekah Rombongan tentunya memiliki konsekwensi yang tidak terlepas dari tata-laksana. Walaupun sedekah jalanan namun kita mampu memiliki alur kerja yang standar, SR memiliki WORKFLOW: Survey – Santuni – Dampingi dan diparipurnakan dalam sebuah Dokumentasi Narasi dan Laporan Keuangan sebagai sebuah Completion Report, karna apa yang kita lakukan saat ini harus makin profesional memiliki kredibilitas dan akuntabilitas.

Sahabat saya seorang Jurnalis Senior, dia katakan sejak awal berdirinya SR sudah jatuh hati karna melihat pergerakannya sangat responsif dan dinamis. Dia menjadi pemerhati SR melalui situs www.sedekahrombongan.com dan Majalah Tembus Langit, disimpulkan bahwa SR sudah memiliki Kinerja yang baik sebagai Gerakan Sosial pada Generasi 3.0 (Three Point 0). Dimana SR hadir sangat solutif menjadi pertolongan pertama di tengah-tengah rakyat yang sedang kesulitan untuk berobat, di mana pelayanan yang digunakan tanpa birokrasi instansi dan terus melakukan pendampingan serta terus berbenah pada profesionalisme pertanggungjawaban pelaporan.

Jika hari ini adalah tanggal 9 Juni 2017 dan zero milestone SR adalah 9 Juni 2011 artinya 6 tahun kita telah menjadi jembatan distribusi dana Donatur bagi Dhuafa sebesar 50 Milyar rupiah untuk 26.000 santunan, maka equivalent dengan Rp.15.855,- permenitnya. TAKJUB pada sebuah kenyataan yang tak mampu kita bayangkan namun telah terjadi, tentu kita tak bisa melakukannya sendiri kecuali izin Allah bersama-sama di Sedekah Rombongan.

Sahabat Kurir Sedekah Rombongan semua, Ayo kita terus kompak bergelora mengunjungi gubuk-gubuk si miskin, selasar-selasar kelas 3 RSUD dan daerah-daerah yang terkena bencana – Tuhan telah menunggu di sana dengan segudang pahala-Nya untuk kita, rapihkan narasinya dan kumpulkan kwitansinya. Rapatkan barisan, tetap dalam formasi untuk menjadi benteng yang kokoh, seperti firman Allah dalam Surat Ash-Shaff : 4

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.

Secara sunnatullah Alam Semesta adalah benda makrokosmos yang berjamaah bergerak beraturan, seluruh planet mengelilingi matahari, begitupun Manusia sebagai benda mikrokosmos yang diberi akal dan fitrah akan lebih baik beribadah dan beramal secara berjamaah dan beraturan, maka Kurir SR wajib bekerja berjamaah dengan mengikuti peraturan. Semoga apa yang telah kita lakukan di Sedekah Rombongan mendapat ridlo Allah, pasien-pasien dhuafa banyak yang sembuh dan para donatur diberikan kesehatan dan kelapangan rezeki hingga terus dapat bersedekah. 

Jadilah sebagai trend-setter dan role-model kehidupan untuk anak cucu kita bahwa hidup itu harus memberi, bukan meminta apalagi mengambil…


Salam #TembusLangit,
Kang Eded