Wednesday, January 2, 2019

NUNUNG KULU yang kukenal dan kukenang…

Di penghujung tahun 2018 kemarin, tepat tanggal 31 Desember Aku berencana akan ikut Mabit (malam bina iman dan taqwa). Sebuah acara bermalam di masjid dan mendengarkan ceramah kajian dari beberapa ustadz di Mesjid Komplek perumahanku hingga subuh. Ku ajak kedua anak lelakiku agar mereka terbiasa beritikaf di masjid di luar waktu 10 hari terakhir Ramadhan yang kita kenal, Gerry dan Hadin dua kakak beradik yang usianya terpaut 9 tahun.

Hingga waktunya tiba lepas sholat isya acarapun dimulai dengan satu jam materi pertama Pedoman Dasar Islam, pada awal materi kedua Whatsappku berbunyi dan lanjut kubaca karna isinya ternyata penting sekali. Kabar duka dikirim sahabat SMAku Heru Ramdani, “Telah berpulang ke Rahmatullah Nunung Hasanudin bada isya malam tahun baru karna sakit”.

Ya Allah… Nunung yang kukenal adalah teman pertama sejak masa orientasi di SMAI Cipasung tahun 1984 dulu hingga kami akrab, dia menemaniku kemanapun di lingkungan sekolah karna aku terhalang komunikasi bahasa sunda yang waktu itu masih belum lancar ditambah tak mengenal siapapun kecuali nenekku beserta keluarga di Rancapaku.

Tiga puluh satu tahun kemudian Allah satukan kami kembali di Payung Gerakan Sosial Sedekah Rombongan (#SR), Tahun 2015 BEZO KULU (Nunung) menyambung kiprah SR bersama teman-teman di Tasik. Kulu menjadi Kordinator SR daerah Singaparna dan Cigalontang, membabat alas kantong-kantong kemiskinan berkhidmat pada para dhuafa yang sedang merintih sakit ingin berobat, Kulu mencari kelopak-kelopak miskin yang tidak tersinari kesejahteraan.

Yang masih teringat dari laporan fenomenal Bezo Kulu, sebuah keluarga Ibu Tuti di Galeong Kulon, Desa Nangerang, Cigalontang Tasikmalaya yang ketiga anaknya menderita kelainan tulang genetik di sebuah kampung yang environmentnya sangat buruk. 

Kulu mengkordinir pasukannya di Tasik bukan cuma mendampingi keluarga yang sakit tulang tersebut tapi juga mengirimkan bantuan air bersih, ia menyiapkan bahan material untuk membangun fasilitas umum yang tak layak dan sehat di kampung itu hingga pantas dan dapat digunakan oleh warga kampung.
Waktu itu Bezo Kulu curhat bahagia, “Aku merasakan senang bahagia bergabung di SR, jadi bisa membantu orang-orang miskin, jadi ketagihan… Tak bisa diungkapkan rasanya ketika melihat para dhuafa tersenyum bahagia saat kita ada di sampingnya…!”


Itulah kenangan BEZO KULU atau NUNUNG HASANUDIN yang kukenal… 

Untukmu sahabatku… Aku menjadi saksi engkau adalah orang baik, Allah sudah ada di hatimu sejak lama karna kau selalu menjenguk dhuafa, karna Allah ada di gubuk si miskin. Semoga engkau bahagia di sana, sebahagia ketika engkau menemani kaum papa. Naiknya hormon endorphin di dalam tubuhmu membuat kau bahagia karna kau suka memberi, seiring Allah akan memberikan kebahagiaanmu berkumpul bersama Rasulullah, Para Sahabat dan Kaum Mu’minin di surga-Nya… Aamiin

Selamat jalan bro… Kami semua rindu dirimu


Sahabatmu,
Dede Syaefudin
SMAI Cipasung, Biologi 1987

No comments:

Post a Comment