Thursday, January 3, 2019

THE BAJAK BAND


The “BAJAK” adalah singkatan dari Bandung Jakarta, berdiri sejak tahun 1985 - Pionir group band ini dominan berasal dari 2 kota tersebut seperti: Sutip Cucu Zarkoni, Dede Brong, Ahmad Haedar, Eli Ileuy Rahman, Budi Kutu Loncat serta ditambah anak-anak Tasikmalaya yaitu Agus Ateng, Anwar Jarot, Dadang Gema, Ajat Cokrom, Nandang Redoy, dll.

Jenre musik yang dibawakan adalah Rock n’ Roll  copy dari The Beatles, Rolling Stones, CCR, Deep Purple, Dll. Ada yang unik karna beberapa personil juga memiliki keahlian memainkan alat perkusi syariah namanya Tagoni atau Band Cabok seperti Jarot, Dadang dan Utip, mereka seperti George Harison yang dapat memainkan sitar gitar dari India.

Saat itu kita sangat melawan mainstream pesantren yang mengharamkan band, namun kita tetap istiqomah dibawah asuhan Kang Yadi dari Borolong terus berlatih secara diam-diam dan melakukan performa saat Parade Band sePriangan Timur di Gelora Dadaha atau paling tidak menjadi panggilan saat hajatan pernikahan dan sunatan di kampung-kampung.

Pernah suatu hari kami konser gabungan di daerah Cilampung Hilir atas undangan pemuda setempat saat Agustusan, chaospun terjadi karna persaingan dengan beberapa penggemar dangdut. Dangdut hingga saat ini pun kita ketahui “Is The Music of My Country”, saat itu ditampikan di awal acara dengan musik mendayu-dayu membuat penonton bagian depan mengekspesikannya dengan bergoyang nikmat mendalam. Tibalah giliran kami di tengah waktu acara kena giliran mengumandangkan lagu hard beat rock and roll yang membuat penggemar dadakan kami berjingkrak ke kanan dan ke kiri hingga bersinggungan dengan penggemar dangdut. Perkelahian pun terjadi hingga naik ke atas panggung walau akhirnya berakhir damai, sebuah kenangan yang tak terlupakan.

Dulu kami sangat terkenal  walau belum sempat rekaman, penampilan kami sangat western bercelana ketat, rambut panjang jarang disisir, sepatu kulit tinggi hitam. Wesel untuk biaya hidup dan sekolah yang dikirimkan orangtua sering habis di minggu pertama karna membiayai latihan di Badak Paeh, Singaparna, Cieunteung dan Studio Spinx Tasikmalaya. Bahkan kadang kami sering berhutang karna perjuangan berlatih untuk menjadi musikus sejati, dampaknya hasil pelajaran sekolah kami sering sama di bawah rata-rata.

Sebagai Vokalis dan Rhythm Gitaris saat itu saya merasakan seperti Personel Band Ungu di zamannya, Hanya saja saya tak pernah mencoba berkarir untuk menjadi Wakil Walikota seperti Pasha...

Salam Pesantren dan Rock n’ Roll…

A Tribute for The Bajak
Band Cipasung 1987
Yang Tak Pernah Menelurkan Album

Wednesday, January 2, 2019

NUNUNG KULU yang kukenal dan kukenang…

Di penghujung tahun 2018 kemarin, tepat tanggal 31 Desember Aku berencana akan ikut Mabit (malam bina iman dan taqwa). Sebuah acara bermalam di masjid dan mendengarkan ceramah kajian dari beberapa ustadz di Mesjid Komplek perumahanku hingga subuh. Ku ajak kedua anak lelakiku agar mereka terbiasa beritikaf di masjid di luar waktu 10 hari terakhir Ramadhan yang kita kenal, Gerry dan Hadin dua kakak beradik yang usianya terpaut 9 tahun.

Hingga waktunya tiba lepas sholat isya acarapun dimulai dengan satu jam materi pertama Pedoman Dasar Islam, pada awal materi kedua Whatsappku berbunyi dan lanjut kubaca karna isinya ternyata penting sekali. Kabar duka dikirim sahabat SMAku Heru Ramdani, “Telah berpulang ke Rahmatullah Nunung Hasanudin bada isya malam tahun baru karna sakit”.

Ya Allah… Nunung yang kukenal adalah teman pertama sejak masa orientasi di SMAI Cipasung tahun 1984 dulu hingga kami akrab, dia menemaniku kemanapun di lingkungan sekolah karna aku terhalang komunikasi bahasa sunda yang waktu itu masih belum lancar ditambah tak mengenal siapapun kecuali nenekku beserta keluarga di Rancapaku.

Tiga puluh satu tahun kemudian Allah satukan kami kembali di Payung Gerakan Sosial Sedekah Rombongan (#SR), Tahun 2015 BEZO KULU (Nunung) menyambung kiprah SR bersama teman-teman di Tasik. Kulu menjadi Kordinator SR daerah Singaparna dan Cigalontang, membabat alas kantong-kantong kemiskinan berkhidmat pada para dhuafa yang sedang merintih sakit ingin berobat, Kulu mencari kelopak-kelopak miskin yang tidak tersinari kesejahteraan.

Yang masih teringat dari laporan fenomenal Bezo Kulu, sebuah keluarga Ibu Tuti di Galeong Kulon, Desa Nangerang, Cigalontang Tasikmalaya yang ketiga anaknya menderita kelainan tulang genetik di sebuah kampung yang environmentnya sangat buruk. 

Kulu mengkordinir pasukannya di Tasik bukan cuma mendampingi keluarga yang sakit tulang tersebut tapi juga mengirimkan bantuan air bersih, ia menyiapkan bahan material untuk membangun fasilitas umum yang tak layak dan sehat di kampung itu hingga pantas dan dapat digunakan oleh warga kampung.
Waktu itu Bezo Kulu curhat bahagia, “Aku merasakan senang bahagia bergabung di SR, jadi bisa membantu orang-orang miskin, jadi ketagihan… Tak bisa diungkapkan rasanya ketika melihat para dhuafa tersenyum bahagia saat kita ada di sampingnya…!”


Itulah kenangan BEZO KULU atau NUNUNG HASANUDIN yang kukenal… 

Untukmu sahabatku… Aku menjadi saksi engkau adalah orang baik, Allah sudah ada di hatimu sejak lama karna kau selalu menjenguk dhuafa, karna Allah ada di gubuk si miskin. Semoga engkau bahagia di sana, sebahagia ketika engkau menemani kaum papa. Naiknya hormon endorphin di dalam tubuhmu membuat kau bahagia karna kau suka memberi, seiring Allah akan memberikan kebahagiaanmu berkumpul bersama Rasulullah, Para Sahabat dan Kaum Mu’minin di surga-Nya… Aamiin

Selamat jalan bro… Kami semua rindu dirimu


Sahabatmu,
Dede Syaefudin
SMAI Cipasung, Biologi 1987

KOPI PAGI ANAK SANTRI



“Di dalamnya (Alquran) terdapat penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk, serta pembeda antara yang benar dan yang batil (QS.2:185).

Bahagia rasanya menjadi bagian dari group alumni SMAI Cipasung 1987 ini, bisa kembali bersama membaca Alquran seperti waktu SMA dulu. Dua minggu sebelum tahun baru 2019, sahabat kami Euis Purwati membuat IDE untuk Program Khotmil Quran di Group Whatsapp.

Alhamdulillah, Utamanya saya pribadi bersyukur yang biasanya sehari cuma 1-3 halaman bahkan kadang mangkir lupa waktu, kini bisa memaksimalkan dengan setoran Juz yang di rotasi. Terpenting arah group bisa terbentang jelas menuju kebaikan, ketimbang pamer photo makanan, selfie perjalanan serta posting perbedaan pilihan politik yang menjemukan.

Sebagaimana kemuliaan dan mujizat Alquran sebagai firman Allah, diperantarakan oleh ruang dan waktu melalui ciptaan Allah paling agung, Jibril malaikat paling agung, membawa wahyu untuk Muhammad manusia paling agung Rasul penutup zaman sebagai Pedoman Penolong hidup kaum muslimin agar bahagia di dunia dan akhirat.

Kitab suci yang tak pernah bisa dipalsukan karna keterkaitan Bahasa, Ayat, Hadits dan Sejarah untuk memaknainya, maka menjadi sebuah aksiomatis yang tak perlu diuji lagi kebenarannya. Turunnya saja saat ramadhan, bulan paling agung dimana ada satu malam yang paling agung sama dengan lebih dari 1000 bulan.

Diantara mukjizat dua puluh lima Nabi dan Rasul Allah Ta’ala, hanya mukjizat AlQuran yang abadi. Ia tetap menjadi mukjizat yang mudah diterima oleh ruh dan akal yang merasuk ke hati, memberi manfaat di dunia. Bahkan sampai ke akhirat, sebagaimana sabda Nabi Saw, “Bacalah Al Quran, sebab ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi sahabat-sahabatnya (orang yang membaca dan mengamalkannya).” (HR.Muslim dan Ahmad).

Mukjizat Al Quran tidak luntur di hati orang-orang beriman. Menjadi bacaan yang solutif bagi setiap kondisi. Memberi ketenangan di hati, dirindukan dan diminati. Nilai ruh, ilmu dan hikmahnya tidak lekang. Tidak kadaluarsa karena pergantian waktu, rotasi kepemimpinan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, adat-istiadat dan dari pengaruh lainnya.

Quran juga sebagai Kitab Best Seller, dibaca oleh penduduk bumi yang beriman dengan satu bahasa yang seragam, intonasi panjang dan pendek yang beraturan serta artikulasi yang baik dalam Arabic Prenounciation.

Semoga kita menjadi kaum yang beruntung untuk selalu dapat istiqomah bersama membacanya hingga Quran menolong kita masuk surga-Nya, Aamiin.

Alfakir,  
de' Syaefudin
Mantan Personil