Monday, June 29, 2015

KADO ULTAH TERINDAH



MEMANG, nampaknya BAHAGIA bisa kita peroleh dari hidup kita yang kaya, serba memiliki, punya keluarga yang menyayangi, berprestasi di sekolah, berpendidikan yang tinggi dan dari universitas negeri dan bermutu, unggul di perusahaan... Seolah semua yang kita inginkan dapat kita raih dan jika belum semua kita dapatkan rasanya belum lengkap kebahagiaan itu mengisi rak prestasi kehidupan kita.

Saat itu tahun 2006, Aku masih bekerja di suatu perusahaan swasta dengan core business Telco Industry yang memiliki 200an Karyawan. Jabatanku Manajer Operasional dengan upah take home pay sebesar XX.000.000 perbulan, memimpin Technic Operational Department mencari income untuk keberlangsungan perusahaan melalui proyek infrastruktur selular. Rasanya tak ada yang kurang masa itu dengan gaji tersebut menghidupi istri dan 2 orang anak. Jadi idola karyawan, diperhatikan pimpinan, dihormati teman-teman, kerjanya meeting  dan inspeksi ke site, buat budgetary cost dan planning, entertain client, golf driving...

Sebagai perusahaan installation service, omzet pertahun cukup lumayan : 25-35 milyar setahun. Sangat luar biasa tanpa material contain keuntungan perusahaan mencapai 50% pertahun. Di situlah saya jadi public figure yang sangat dihormati karna prestasinya, sampai owner perusahaan berkata, “Kamu gak boleh sakit, kamu pergi sana ke dokter pribadi saya..!". Agak sombong bahasanya sampai gak boleh sakit, Kebetulan Dr. dr. Hermawan itu bekas dokter pribadinya mantan presiden Soeharto.

Potong kompas, Saat itu minggu awal Ramadhan datang… Tender Inbuilding Construction 2006 dimulai dan semua new and existing vendor memasukan dokumennya, tidak ketinggalan perusahaan aku. Begitu percaya diri dalam hati, pasti kita akan memimpin lagi karna 3 tahun berturut-turut selalu jadi yang terbaik, baik finansial maupun teknis isu.

Namun kenyataan yang didapat di luar dugaan, Tender diumumkan dan pemenangnya 8 perusahaan yang di dalam lisnya tidak terdapat perusahaanku, perusahaanku kalah dalam tender itu dan akulah orang yang pertama panik. Bagaimana aku melaporkan ini pada Bos, karyawan bakal banyak nganggur ini,  wah aku pasti kena damprat, bakal digampar bulak-balik deh...

Beribu-ribu perasaan takut, salah dan penuh tanda tanya saling bersahutan dalam kepala, “Mana mungkin kita yang selama ini leading dalam prestasi dan membawa kwalitas bisa kalah?”. Aku hampir saja membatalkan puasa, untuk memesan kopi dan menyulut rokok untuk saat itu dirasa lebih kongkrit menenangkan hati. Sampai di kantor aku sudah kedapatan lembaran konfirmasi dari faximil, konfirmasi pemenang dan pengalah tender yang sudah ditandatangani PETINGGI PERUSAHAAN SINGAPORE yang tersohor itu. Malas aku membacanya lagi...!. Terlintas pertanyaan kufur yang menguatkanku bertambah disorientasi, “Kehidupan rohaniku baru mulai belajar tertib, kenapa malah aku dijauhi rezeki yang berkah..? Saat Ramadhan pula… Allah itu jadi meragukanku lagi.

Tapi pikiran baik terus membelaku, aku gak boleh terus jatuh dan tengkurap, aku harus bangun dan gak boleh menampakan kesedihan… Aku ini pemimpin, pemimpin anak dan istriku, pemimpin departemen teknik perusahaanku. Maka aku malah sholat dan beribadah tambahannya makin diperhatikan, hingga saat setiap jamaah subuh hampir setiap hari air mata ini menetes dan betul-betul membasahi. Dalam alunan ayat alquran yang Imam sholat bacakan, selalu terganggu protes dari dalam hatiku dan pesan untuk sang maha pembolakbalik hati, “Tuhan, apapun ujian yang Kau berikan aku kan pasrah menerimanya namun tunjukan bahwa Kau pengampun, bahwa Kau pemberi kegembiraan… Aku perlu kebahagiaan, bukan harta tapi kebahagiaan hati yang engkau putuskan,”

Ramadhan hari ke sepuluh, batas akhir sepertiga bulan rahmat dan menyongsong sepuluh hari bulan pengampunan. Pagi itu bertepatan tanggal 4 Oktober 2006 adalah hari kelahiranku 37 tahun lalu, aku langsung bersedekah dengan melaksanakan dhuha sebelum berangkat kerja dan kupanjatkan ulang doa-doa yang mungkin Allah bosan mendengarnya.

Tiba-tiba selponku berdering dan aku langsung menjawabnya setelah ku yakin kenal dengan penelpon, Staf Procurement Perusahaan Singapore meminta aku segera datang ke kantornya. Kantor yang megah dan menjulang di seberang Monas yang menjadi land mark Jakarta… Niatku makin bersemangat kerja pagi ini, karna ada apanya procurement menelpon gak terlalu penting aku pikirkan. Toh tender sudah kalah, perusahaanku sudah jadi looser, yang terpenting bagiku harus tetap menyampaikan undangan buka bersama pada seluruh Divisi Project di Perusahaan Singapore itu sesuai rencana awal dan tetap mengalap berkah walau proyeknya kalah.

Masuk ke ruangan procurement sendirian karna adminku Sigit sengaja ku tinggalkan di ruang tamu, Ini meeting Group Head ternyata dan staf admin bukan kelasnya ketemu, ini kelasnya manager ke atas. 1 Group Head dan 3 Staf sudah ada di dalam, bingung… Ada apa ini?. Group Head Procurement langsung membuka pembicaraan meeting disaksikan beberapa manager, Dia langsung memintaku… “Pak, Bapak sengaja kami undang kesini karna kami perlu percepatan proyek, salah satu vendor mengundurkan diri karna tidak sanggup menjalankannya. Setelah kita rapatkan dan putuskan maka jika perusahaan bapak masih berminat ikut maka proyek akan kami berikan? Bagaimana?”.

Nafasku agak terhenti tarikannya, tak percaya ini mimpi atau nyata? Peserta tender yang surat konfirmasinya sudah ditandatangani oleh Pejabat Singapore sebagai peserta yang kalah, malah kini diralat. Lalu kujawab kesanggupannya dengan menyalami Bapak Group Head berulang-ulang. Aku keluar ruangan procurement sambil membawa bagian PO yang sudah ditandatangani bersama bernilai 8,6Milyar untuk diselesaikan time-frame 99 hari, ku temui Sigit di depan lobby dan tak sempat berkomunikasi karna aku langsung menangis dan bersujud syukur.

Pantai Ancol di Restoran Bandar Jakarta hingar bingar diisi suara music dan pengunjung, sekitar 250 orang dari karyawan kantorku dan para undangan buka bersama membuat meriah dan penuh rahmat jelang maghrib. Trending Topic saat itu tentang berita yang baru saja didapat atas keberhasilanku membawa manfaat perjuangan, Big Boss langsung menyambutku dengan pelukan, katanya, “Kalo doa orang banyak gak mungkin dicuekin Tuhan apalagi ini bulan puasa!”. Kata-kata berlogat betawi yang menggelitik diucapkan seorang big boss yang tidak seiman denganku tapi pernyataannya sungguh sangat beriman. Aku bertabayun dalam hati, walau kesimpulannya tetap karna Allah cuma dari mana penyebabnya? Apakah dari kesabaran, Ramadhan bulan rahmat, niat buka bersama atau terus berdoa hingga Allah bosan?. Yang pasti semuanya benar yakin dari Allah dengan semua ihtiar kita, aku diberi ujian diminta bersabar untuk memperoleh kebahagiaan. Caranya dibuat sulit dan berpikir dulu, meminta jalan keluar dari Allah.

Terasa hambar tak berasa… Saat Tuhan seolah tak menganggap kita, ya tanpa nafas Ilahi, tanpa ujian keimanan. Kecuali Kebahagiaan itu dapat kita rasakan saat melibatkan Tuhan, saat semua sendi kehidupan kita bermanfaat buat orang lain, Percuma punya uang banyak, ilmu yang tinggi tapi manifestasinya rendah. Orang lain tak dapat merasakannya. Terpentingnya lagi saat kita hadir orang lain akan bahagia walau tanpa harta dan tahta. Terpenting lagi dalam meraihnya tak ada yang gratis, semua lewat struggle of life, perjuangan yang berdarah-darah, bleeding... Karna nilai keberhasilan itu setidaknya melalui proses belajar yang berat dan diiringi doa ...

Sesuai SMS Rasulullah... Khoirunas Anfa’uhum Linnas... Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat buat orang lain...
Semoga kisah ini menjadi diinspirasi setelah membacanya, Kisah yang menurutku paling populer dalam hidupku, sebuah bantahan akan logika ilmu oleh keimanan, kisah tentang kekuatan bulan ramadhan. Ramadhan bulan penuh Rahmat, Maghfiroh dan dijauhi dari Api Neraka, bulan sebagai petunjuk kehidupan bulan-bulan selainnya. Semoga menjadi ilmu yang manfaat… Indahnya bila Ramadhan saat ini kita memperoleh kabahagiaan dari Allah, Amiin..

#SelamatBerpuasa

Kang Eded - Kurir #SedekahRombongan







5 comments:

  1. Sebuah pengalaman yang sarat dengan pelajaran boss,...

    Kadang dalam hiduppun kita akan mengalami bantingan. Kerasnya bantingan tergantung denhan seberapa besar pelajaran yang ingin Allah berikan bagi kita dan output dari bantingan tersebut juga sangat bergantung kepada tingkat keimanan kita dalam menerima dan menyikapinya.

    Ditunggu tulisan "berbobot" lainnya boss,... dan Insya Allah saya akan setia menyimaknya karena belajar dari pengalaman hidup seseorang sama benilainya dengan belajar dari pengalaman hidup sendiri.

    - Dudung Albadoen -

    ReplyDelete
  2. Ikut berbahagia...
    Terimakasih telah menularkan kebahagiaan kepada kami, pembaca blog yg keren ini..
    Salam :)

    ReplyDelete
  3. Makasih kang sudah jadi pengingat dan pembagi rasa kebahagiaan...

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete