Saturday, March 22, 2014

POLITIK ITU BURUK?


SEJAK kita mulai belajar di Sekolah Dasar dulu, kita anggap mulailah otak kita diformat oleh ILMU – Satu permulaan datangnya cakrawala pengetahuan mengisi sekat-sekat otak kita. Pelajaran Formal yang berstandar.pemerintah melalui departemen pendidikannya - bukan cuma membaca dan menulis yang kita peroleh namun juga kemudian ada beberapa pelajaran yang menuntun kita untuk dapat membuka dan melihat jendela dunia. Ada pelajaran Kesenian, Olah Raga, Sejarah, Ilmu Bumi, Agama dan lain-lainnya agar kita sebagai anak-anak kecil dulu dapat tumbuh besar dengan ilmu pengetahuan yang membentuk peradaban kehidupan kita.
Tak bisa dipungkiri dan silahkan bedakan, Jika kita dulu tak mengenyam bangku sekolah apa jadinya kita? Mungkin kita tidak akan memiliki pengetahuan yang segudang, berdampak diperlakukan tidak adil atau berprilaku yang kurang manusiawi dan hidup merasa terasing dengan cita-cita hanya cukup beroleh asal bisa makan dan bisa berkeluarga, merasa rendah diri dan merasa asing dalam komunikasi, Speechless.  Seperti Suku-suku yang hidup terbelakang yang masih ada di Indonesia, hanya menjadi obyek wisata penipuan oleh cukong-cukong yang merampas kekayaan alamnya. Itulah anugrah yang Allah berikan pada kita walau terkadang kita jarang berterima kasih padaNYA, diberi kemampuan berpikir dan bertindak, dapat membedakan besar dan kecil, tahu yang buruk dan yang baik, semuanya dengan ILMU.
Begitupun dalam menyikapi Politik, masih banyaknya opini buruk tentang makna politik - di obrolannya Warung Kopi,  Perkantoran, Pasar dan tempat-tempat lainnya. Padahal kita yakini interpretasi mereka tentang politik cuma didapat dominan dari media tentang pelakunya dan bukan tentang ilmunya yang harus dipelajari dan dimanifestasikan dengan baik. Dimana-mana citra POLITIK adalah KORUPSI, KOTOR dan KEJAM, begitulah kita mesti maklum melihat akibat non political will yang terjadi di masyarakat sebagian.
Pada semua organisasi kekuasaan besar yang ada di Planet Bumi yang disebut Negara, baik yang berbentuk Presidential, Kerajaan atau Monarki dan Presiden, Raja  atau Perdana Menteri sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan semuanya menggunakan Ilmu Politik untuk menjalankan sistemnya. 

Kata Teori Klasik Aristoteles, “Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama”. Tak disadari pula oleh rakyatnya bahwa politik itu telah memasuki sendi-sendi kehidupan mereka sehari-hari. Peraturan dibuat oleh Negara, Keadilan diatur oleh Negara, Pangan Rakyat, Keamanan, Pajak dan Kesejahteraan Rakyat, semuanya merupakan harapan warga negara yang dirangkum dalam Politik Negara karna menyangkut urusan orang banyak.

Jadi Politik itu tidak buruk, jika kita menyadari kebaikan yang ada dalam berpolitik serta kita bergerak dan bertindak untuk kebaikan bersama politik. Sebaliknya,  jika kita tinggalkan maka politik akan diisi oleh ketidakadilan - karna orang-orang yang tidak baik dalam berpolitik akan mengisi ruang orang-orang baik yang meninggalkan politik. Serta apakah dengan kita menghindari politik lantas Negara ini akan baik?  
Sebagai contoh realitas, Saat ini Jakarta dan beberapa Provinsi di Indonesia secara umum sudah terlihat mulai memudahkan masyarakatnya dengan perolehan Fasilitas Berobat dan Persalinan serta Fasilitas Belajar yang dibiayai oleh Pemerintah, artinya Pemerintah mengatur kemudahan fasilitas tersebut untuk masyarakat adalah produk politik. Lalu sebaliknya, apakah dengan menyumpah serapahi politik keadaan akan lebih baik? Tentunya tidak…
Mari sejenak berkontemplasi tentang bagaimana peran kita sebagai mahluk Tuhan dalam hidup ini, Allah menciptakan kita dalam keadaan yang sudah luar biasa sempurna dan sangat  lebih baik jika dibandingkan dengan mahluk lain ciptaanNYA. Kita diberi akal dan pikiran untuk dipergunakan bagi kemaslahatan sesama manusia sebagai bentuk rasa syukur kita. Menyegerakan kebaikan dan menghilangkan keburukuan, Politik akan menjadi sesuatu kemaslahatan jika di dalamnya bersanding orang-orang yang baik – begitupun politik akan buruk jika dikuasai oleh orang jahat dan kejam. 
Maka mulailah kita berprasangka baik dengan politik dan kita melakukan kebaikan dalam berpolitik agar hidup kita luas maksimal bermanfaat untuk umat, Ber-amar ma’ruf nahi munkar. Di zaman apapun orang yang tidak amanah selalu menorehkan garis hitam di kehidupan, namun justru putusan pengadilan buat mereka karna hadirnya orang-orang amanah yang berpolitik dengan baik dan menghapusnya. 

Mari berpikir apa yang seharusnya dan bukan yang senyatanya, karna itu akan mempegaruhi tindakan berikutnya. Bagi kita yang masih diberi usia muda oleh Tuhan, buatlah Tuhan bangga dengan ciptaanNYA sendiri karena engkau berani berbuat lebih dari biasanya. Berbuatlah manfaat untuk merubah aroma politik menjadi harum. DIA memberi kita akal, kaki dan tangan bukan untuk berdiam diri dan membiarkan keburukan merajalela. DIA memberi kita yang muda ini nafas yang kuat, energy yang meluap-luap dan dan pikiran yang liar bukan untuk meratapi dan bangga dengan yang minimal saja. Wallahu ‘lam…

Endorsement untuk Boyke Hasiolan Simanjuntak – Sahabatku ALUMNI SMPN 42, Jakarta, 1984. 
Caleg PDIP DPRD, Pemilu 2014. DAPIL 3 DKI Jakarta.

1 comment:

  1. Sulit rasanya melepaskan predikat "negatif" dari politik meski ada perintah untuk terus berprasangka baik.
    Mengutip dari banyak statement bahwa "Politik itu Busuk" dan juga mengikuti perkembangan politik hingga kini, maka sukar sekali menepis atau meniadakan konteks negatif di politik. Apakah para pelaku politik penyebabnya ? Ataukah masyarakat kita yang belum cerdas menyikapinya ? Sungguh kadang merasa gagal memahami dunia politik. Mungkin sudut saya memandang yang terlalu sempit ataukah memang karena tingkat jenuh saya yang sudah terlalu tinggi melihat dagelan politik saat ini ?

    - Kang Dudung -

    ReplyDelete