MEMANG, nampaknya BAHAGIA bisa kita peroleh dari hidup kita yang
kaya, serba memiliki, punya keluarga yang menyayangi, berprestasi di sekolah, berpendidikan
yang tinggi dan dari universitas negeri dan bermutu, unggul di perusahaan...
Seolah semua yang kita inginkan dapat kita raih dan jika belum semua kita
dapatkan rasanya belum lengkap kebahagiaan itu mengisi rak prestasi kehidupan
kita.
Saat itu tahun 2006, Aku masih bekerja di suatu perusahaan swasta
dengan core business Telco Industry yang memiliki 200an Karyawan. Jabatanku Manajer
Operasional dengan upah take home pay sebesar XX.000.000 perbulan, memimpin Technic
Operational Department mencari income untuk keberlangsungan perusahaan melalui
proyek infrastruktur selular. Rasanya tak ada yang kurang masa itu dengan gaji
tersebut menghidupi istri dan 2 orang anak. Jadi idola karyawan, diperhatikan
pimpinan, dihormati teman-teman, kerjanya meeting dan inspeksi ke site, buat budgetary cost dan
planning, entertain client, golf driving...
Sebagai perusahaan installation service, omzet pertahun cukup
lumayan : 25-35 milyar setahun. Sangat luar biasa tanpa material contain
keuntungan perusahaan mencapai 50% pertahun. Di situlah saya jadi public figure
yang sangat dihormati karna prestasinya, sampai owner perusahaan berkata, “Kamu
gak boleh sakit, kamu pergi sana ke dokter pribadi saya..!". Agak sombong
bahasanya sampai gak boleh sakit, Kebetulan Dr. dr. Hermawan itu bekas dokter
pribadinya mantan presiden Soeharto.
Potong kompas, Saat itu minggu awal Ramadhan datang… Tender
Inbuilding Construction 2006 dimulai dan semua new and existing vendor
memasukan dokumennya, tidak ketinggalan perusahaan aku. Begitu percaya diri dalam
hati, pasti kita akan memimpin lagi karna 3 tahun berturut-turut selalu jadi
yang terbaik, baik finansial maupun teknis isu.
Namun kenyataan yang didapat di luar dugaan, Tender diumumkan
dan pemenangnya 8 perusahaan yang di dalam lisnya tidak terdapat perusahaanku, perusahaanku
kalah dalam tender itu dan akulah orang yang pertama panik. Bagaimana aku melaporkan ini pada Bos, karyawan bakal banyak nganggur ini, wah aku pasti kena damprat, bakal digampar bulak-balik deh...
Beribu-ribu perasaan takut, salah dan penuh tanda tanya saling
bersahutan dalam kepala, “Mana mungkin kita yang selama ini leading dalam
prestasi dan membawa kwalitas bisa kalah?”. Aku hampir saja membatalkan puasa,
untuk memesan kopi dan menyulut rokok untuk saat itu dirasa lebih kongkrit
menenangkan hati. Sampai di kantor aku sudah kedapatan lembaran konfirmasi dari
faximil, konfirmasi pemenang dan pengalah tender yang sudah ditandatangani
PETINGGI PERUSAHAAN SINGAPORE yang tersohor itu. Malas aku membacanya lagi...!.
Terlintas pertanyaan kufur yang menguatkanku bertambah disorientasi, “Kehidupan
rohaniku baru mulai belajar tertib, kenapa malah aku dijauhi rezeki yang
berkah..? Saat Ramadhan pula… Allah itu jadi meragukanku lagi.
Tapi pikiran baik terus membelaku, aku gak boleh terus jatuh dan
tengkurap, aku harus bangun dan gak boleh menampakan kesedihan… Aku ini
pemimpin, pemimpin anak dan istriku, pemimpin departemen teknik perusahaanku.
Maka aku malah sholat dan beribadah tambahannya makin diperhatikan, hingga saat
setiap jamaah subuh hampir setiap hari air mata ini menetes dan betul-betul
membasahi. Dalam alunan ayat alquran yang Imam sholat bacakan, selalu terganggu
protes dari dalam hatiku dan pesan untuk sang maha pembolakbalik hati, “Tuhan,
apapun ujian yang Kau berikan aku kan pasrah menerimanya namun tunjukan bahwa
Kau pengampun, bahwa Kau pemberi kegembiraan… Aku perlu kebahagiaan, bukan harta
tapi kebahagiaan hati yang engkau putuskan,”
Ramadhan hari ke sepuluh, batas akhir sepertiga bulan rahmat dan
menyongsong sepuluh hari bulan pengampunan. Pagi itu bertepatan tanggal 4
Oktober 2006 adalah hari kelahiranku 37 tahun lalu, aku langsung bersedekah
dengan melaksanakan dhuha sebelum berangkat kerja dan kupanjatkan ulang doa-doa
yang mungkin Allah bosan mendengarnya.
Tiba-tiba selponku berdering dan aku langsung menjawabnya
setelah ku yakin kenal dengan penelpon, Staf Procurement Perusahaan Singapore
meminta aku segera datang ke kantornya. Kantor yang megah dan menjulang di
seberang Monas yang menjadi land mark Jakarta… Niatku makin bersemangat kerja
pagi ini, karna ada apanya procurement menelpon gak terlalu penting aku
pikirkan. Toh tender sudah kalah, perusahaanku sudah jadi looser, yang
terpenting bagiku harus tetap menyampaikan undangan buka bersama pada seluruh
Divisi Project di Perusahaan Singapore itu sesuai rencana awal dan tetap
mengalap berkah walau proyeknya kalah.
Masuk ke ruangan procurement sendirian karna adminku Sigit
sengaja ku tinggalkan di ruang tamu, Ini meeting Group Head ternyata dan staf
admin bukan kelasnya ketemu, ini kelasnya manager ke atas. 1 Group Head dan 3
Staf sudah ada di dalam, bingung… Ada apa ini?. Group Head Procurement langsung
membuka pembicaraan meeting disaksikan beberapa manager, Dia langsung memintaku…
“Pak, Bapak sengaja kami undang kesini karna kami perlu percepatan proyek,
salah satu vendor mengundurkan diri karna tidak sanggup menjalankannya. Setelah
kita rapatkan dan putuskan maka jika perusahaan bapak masih berminat ikut maka
proyek akan kami berikan? Bagaimana?”.
Nafasku agak terhenti tarikannya, tak percaya ini mimpi atau
nyata? Peserta tender yang surat konfirmasinya sudah ditandatangani oleh Pejabat
Singapore sebagai peserta yang kalah, malah kini diralat. Lalu kujawab
kesanggupannya dengan menyalami Bapak Group Head berulang-ulang. Aku keluar ruangan
procurement sambil membawa bagian PO yang sudah ditandatangani bersama bernilai
8,6Milyar untuk diselesaikan time-frame 99 hari, ku temui Sigit di depan lobby
dan tak sempat berkomunikasi karna aku langsung menangis dan bersujud syukur.
Pantai Ancol di Restoran Bandar Jakarta hingar bingar diisi
suara music dan pengunjung, sekitar 250 orang dari karyawan kantorku dan para undangan
buka bersama membuat meriah dan penuh rahmat jelang maghrib. Trending Topic
saat itu tentang berita yang baru saja didapat atas keberhasilanku membawa
manfaat perjuangan, Big Boss langsung menyambutku dengan pelukan, katanya, “Kalo
doa orang banyak gak mungkin dicuekin Tuhan apalagi ini bulan puasa!”.
Kata-kata berlogat betawi yang menggelitik diucapkan seorang big boss yang
tidak seiman denganku tapi pernyataannya sungguh sangat beriman. Aku bertabayun
dalam hati, walau kesimpulannya tetap karna Allah cuma dari mana penyebabnya?
Apakah dari kesabaran, Ramadhan bulan rahmat, niat buka bersama atau terus
berdoa hingga Allah bosan?. Yang pasti semuanya benar yakin dari Allah dengan
semua ihtiar kita, aku diberi ujian diminta bersabar untuk memperoleh
kebahagiaan. Caranya dibuat sulit dan berpikir dulu, meminta jalan keluar dari
Allah.
Terasa hambar tak berasa… Saat Tuhan seolah tak menganggap kita,
ya tanpa nafas Ilahi, tanpa ujian keimanan. Kecuali Kebahagiaan itu dapat kita
rasakan saat melibatkan Tuhan, saat semua sendi kehidupan kita bermanfaat buat orang
lain, Percuma punya uang banyak, ilmu yang tinggi tapi manifestasinya rendah.
Orang lain tak dapat merasakannya. Terpentingnya lagi saat kita hadir orang
lain akan bahagia walau tanpa harta dan tahta. Terpenting lagi dalam meraihnya
tak ada yang gratis, semua lewat struggle of life, perjuangan yang
berdarah-darah, bleeding... Karna nilai keberhasilan itu setidaknya melalui
proses belajar yang berat dan diiringi doa ...
Sesuai SMS Rasulullah... Khoirunas Anfa’uhum Linnas...
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat buat orang lain...
Semoga kisah ini menjadi diinspirasi setelah membacanya, Kisah yang menurutku paling populer dalam hidupku, sebuah bantahan akan logika ilmu oleh keimanan, kisah
tentang kekuatan bulan ramadhan. Ramadhan bulan penuh Rahmat, Maghfiroh dan dijauhi dari Api
Neraka, bulan sebagai petunjuk kehidupan bulan-bulan selainnya. Semoga menjadi ilmu yang manfaat… Indahnya bila Ramadhan saat ini kita
memperoleh kabahagiaan dari Allah, Amiin..
#SelamatBerpuasa
Kang Eded - Kurir #SedekahRombongan