Wednesday, November 13, 2013

SATU TAHUN SATU TULISAN - Refleksi 2 tahun bersama #SedekahRombongan



Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang masih selalu memberikan kesehatan, kesejahteraan, kemampuan berpikir dan beribadah untuk dapat melanjutkan hidup di dunia ini sesuai perintah-Nya, maka hingga saat inipun saya masih diberikan kemudahan merangkai beberapa gabungan kalimat dalam tulisan ini. Terkendala malas menulis adalah penyebab utamanya mungkin karna kurangnya membaca sebagai referensi atau sumber pengetahuan ilmiah dalam menulis, Namun saat ini saya paksaan at least dapat menjadi tulisan pribadi saya atau diary setelah lebih dari setahun baru menulis lagi – maka judul tulisan ini saya populerkan seperti di atas walau terkesan tidak populer. Tulisan ini adalah ungkapan syukur saya yang tepat 2 tahun terpanggil berada di gerakan revolusionernya #SedekahRombongan atau www.SedekahRombongan.com – yang dimotori oleh @Saptuari Sugiharto.dari Berbah, Jogjakarta. 

Saat itu tanggal 17 Desember 2011, saya diminta mencarikan pasien dhuafa oleh @jayteroris sahabat saya yang merupakan mata rantai pertama yang menghubungkan saya dengan #SedekahRombongan hingga saat ini. Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa menjadi dan terus berada di antara kurir-kurir #SedekahRombongan, #Kurir adalah istilah Relawan di #SR – yang selalu setiap saat sigap melayani dan mendampingi para dhuafa berobat tanpa digaji sepeserpun. Persaudaraan yang absolute terjalin bersama kurir-kurir seluruh Indonesia yang berlatar belakang majemuk, boleh difollow - ada: @iqbalrekarupa, @marjunulNP, @PakarBlog, @endangnumik, @wirawiry, @hanafirais, @robbyadiarta, @mawanhananto, @cucucuanda, @abahlutung, @dhe_mang dan lainnya hingga para tokoh, ulama, mahasiswa dan pengusaha ikut bergabung dan membuat saya merasa nyata dalam satu rombongan yang mempunyai visi dan misi yang sama ke gerbang syurga. Saya merasakan proses kontemplasi atau tadabur berjalan alami tanpa dipaksakan sebagai ladang belajar beribadah, berbagi, memohon ampun, bersyukur dan memaknai "bersedekah", Alhamdulillah perasaan yang sering saya ungkapkan bahwa bergabung dengan #SR seperti saya tersesat di jalan yang benar.  
#SedekahRombongan mempunyai Visi  “Mencari Muka di Depan Tuhan” dan Misinya “Menyampaikan Titipan Langit Tanpa Rumit, Sulit dan Berbelit-belit” adalah Ruh kami, seperti Jantung kami yang terasa betul-betul memompa darah kami untuk selalu menyegerakan kebaikan bagi para dhuafa, Kata-kata itu bukanlah Judul Lagu atau sekedar Moto yang tertera di Gerbang Batas Kota atau Gapura arah masuk Desa. Gak percaya...? Bergabunglah dan rasakan… (Joshh gwandhoss banget…!) 


Sebelumnya saya pernah mengalami kegundahan hati atau galau, yang sama mafhum setiap saat terjadi dan dialami oleh kebanyakan manusia yang hidup di dunia ini karna faktor hedonisme, materialisme atau hasrat pencapaian dunia saja serta jauh dari mengingat Tuhan, yang akhirnya membentuk kelemahan bagi yang tak dapat menggapainya dan terpuruk frustasi. Saat itu kita melihat orang-orang miskin yang sakit dan dalam keadaan lemah fisik merintih sakit serta lemah ekonominya, lapar dalam gubuk berlantai tanah atau sedang merintih di balik dinding-dinding rumah sakit adalah sebuah cermin kehidupan nyata yang menghadap terbalik, yang tak terlihat dan jarang terjamah selama ini, sementara kita asyik masyuk makan dengan lauk pauk yang lezat serta tidur nyaman bermimpi di atas kasur empuk dibuai oleh kesejukan Air Conditioner ruangan. Hingga hal tersebut bisa dilawan setelah terlibat menjadi Kurir #SR dan perlahan mengubah jati diri kita sebagai manusia – waktu, perasaan, tindakan dan pikiran kita berfungsi memindahkan konsentrasi duniawi tersebut…Jelang malam notifikasi dari SMS, Twitter, BBM, WA dan Email mewartakan perlu bantuan darurat mendatangi pasien dhuafa dan mereschedule rencana istirahat kita bahkan hingga pagi hari untuk menyantuni, mendampingi dan membuat para dhuafa tersenyum, 24hours a day and 7days a week moving around… melelahkan memang karna kami hanya KURIR yang juga manusia dan bertugas menyampaikan Titipan Langit… namun niscaya ada Allah bersama Kurir (Ridlo Allah Inside)

Satu pengalaman saya ketika menjenguk seorang pasien anak perempuan berumur 10 tahun saat itu, Namanya Tias Bekti yang terkena Tumor Medula di bangsal kelas 3 RSCM, Bagian belakangnya tubuhnya mengalami decubitus karna terlalu lama berbaring, pantat dan sebagian punggungnya membusuk. Di sela-sela makan siangnya mendadak ia berhenti, sangkaan kami awalnya malu karna kunjungan kami, ternyata makannya sengaja ia tidak habiskan dan sengaja disisakan adalah untuk Ibunya yang janda yang setia menjaganya – mereka makan jatah rumah sakit selalu dibagi dua karna ibunya tidak mempunyai uang untuk membeli makan diluar. Astaghfirullah… Dada saya langsung bergetar kencang dan saya tak kuat menahan air mata lalu saya berdoa di dalam hati, “Ya Allah, maafkan hamba-Mu ini.. Yang baru saat ini berjumpa dengan mereka dan terima kasih Engkau telah mempertemukan kami…mudah-mudahan belum terlambat berbuat baik menolong mereka”. - 
Pengalaman kedua saat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Ada keluarga Tadjudin pasien anak dengan Tumor Ganas di bagian pantatnya berasal dari Purwakarta, yang saat itu belum mendapatkan bantuan Jamkes dari kabupatennya. Maka walau belum banyak bantuan yang diberikan karna anak sholeh ini keburu dipanggil Sang Kholiq, namun pelajaran berharga saya dapatkan. Setiap saat keluarga ini diberi santunan dari #SedekahRombongan kadang diterimanya dengan cara unik, dimana santunan yang kami berikan kemudian dibagikan lagi kepada pasien-pasien yang lain yang serombongan dengannya di penginapan, seraya berkata, “Kang biar saya ambil sedikit saja, sisanya saya bagikan buat saudara-saudara kita yang belum makan dan membutuhkannya”.  Subhanallah, ternyata ingin bertemu Tuhan itu sangat mudah, cukup dengan berkomunikasi dan berbagi bersama para dhuafa seperti keluarga Tadjudin itu memberikan inspirasi dan ruhnya sangat terasa kita dekat dengan Tuhan. Keluarga yang kesulitan ini saja masih berbagi kepada saudara-saudaranya yang sependeritaan – Bagaimana dengan kita yang sehat? Seharusnya… Nikmat sekali mensyukuri karunia yang telah Allah berikan, dengan itu kita bertambah sehat dan dapat membantu yang sakit.

Begitulah potongan cerita inspirasi selama menjadi kurir, sebagian waktu setiap hari tercurahkan untuk membuka lembaran update pasien dhuafa yang dibingkai dalam lukisan besar nan indah bernama #SedekahRombongan - sambil pekerjaan utama pencarian nafkah untuk keluarga terus dikayuh berjalan berirama. Bagi saya sedekah merupakan Gaya Hidup atau Life-Style buat setiap muslim utamanya kapanpun, dimanapun dan berapapun, dimana perintah Allah tiada batas mentafsirkan sedekah atau berbagi kepada yang berhak menerima. Beberapa kali potongan ayat dalam Alqur’an Allah berfirman, “Dan Dirikanlah Sholat serta Tunaikan Zakat…”. Sholat merupakan pondasi ibadah, yaitu ritual awal pengharapan segalanya kepada Allah dan ayat tersebut melengkapinya bersamaan dengan pengamalan Zakat yaitu induk dari Sodaqoh atau Sedekah, Infaq dan lainnya sebagai pemberdayaannya – Hubungan horizontal sesama manusia… Keduanya berjalan selaras namun sholat tetap yang paling utama, tidak tergantikan. Sedekah bisa diganti dengan senyum dan amal kebaikan yang tidak memerlukan uang atau harta jika kita tak memilikinya... Sholat menjadi system utama suksesnya peribadatan,
Berbeda memang dengan saudara kita yang bukan muslim yang dapat bersedekah tanpa sholat…

Janji Allah pada orang yang bersedekah pasti terbukti dengan energi-energi positif yang akan kita dapatkan dari langit, terjamin hartanya takkan berkurang malah bertambah, kesehatan dan lainnya. Biarkan itu semua Allah yang proses karna hak prerogative penilaian dan pemberian ada pada Allah dan kita hanya cukup ikhlas dan mensyukurinya, melaksanakan perintahnya serta menjauhi larangannya, selalu berprasangka baik pada Allah serta menjaga ibadah sedekah kita tidak terkontaminasi oleh noktah Riya yang setia menguntit setiap kebaikan kita lewat celah-celah kesombongan dan senang dipuji. Teringat kata-kata Almarhum Bapak Hotman Zainal Arifin, mantan Vice President Citibank yang fenomenal, karna sebelumnya beliau bekerja sebagai seorang Office-Boy di Institusi yang sama, Sebuah perkenalan yang singkat dengan seorang Guru Kehidupan lewat bang @jayteroris… Hanya setengah tahun lebih saya mengenal beliau menjelang sakit dan akhirnya meninggal dunia, disela-sela beberapa kali kami bertemu dan menjenguk – beliau selalu menanyakan pasien-pasien dhuafa yang belum terjamah dan selalu menasehati kami selalu untuk jangan jumawa, sombong… 

Katanya: "Bersyukurlah... Kenapa Tias hanya bertemu dengan kamu dan #SedekahRombongan?, Karna Allah telah membimbingmu untuk menolongnya dan tidak semua orang diberikan kesempatan bertemu anak malang ini".  
Katanya lagi "NAMUN Allah ibarat memberikan kendaraan Formula bernama #SedekahRombongan yang dapat berlari 400km/jam, maka hindari riya walau hanya sedikit… Niscaya kendaraan kita akan bergeser kemudinya walau hanya beberapa derajat dan mengakibatkan celaka…”. Subhanallah, begitu tipis nyaris tak terlihat riya masuk dalam kebaikan namun berdampak besar menghancurkan pahala ibadah kita bahkan mencelakakan. Pesannya bak stimulan bagi kami secara pribadi untuk selalu istiqomah dan waspada menjaga diri dan #SedekahRombongan… Insya Allah.

Saya dapatkan tambahan ilmu dari hikmah menjembatani para pasien dhuafa, saat bersama mengurus fasilitas Jaminan Kesehatan dari Pemerintah yang sebelumnya mereka anggap  begitu sulitnya berobat karna terhalang kondisi sosial ekonomi yang sangat minus, ketidak-mengertian mereka akibat birokratif, hingga timbul miskomunikasi dan pesimis terhadap hak yang mestinya mereka peroleh dari pemerintah dan akhirnya mereka enggan berobat. Kini semuanya perlahan dapat teratasi dan ada jalan keluar melalui transformasi, presentasi dan sharing knowledge para Kurir #SR bersama Departemen di Pemerintahan,  Lembaga Sosial dan Yayasan-yayasan yang sama-sama mengurus masyarakat dhuafa. 

Saat ini #SedekahRombongan telah mendistribusikan bantuan dari para #Sedekaholics mencapai 15 Milyar rupiah untuk sekitar 6.500 santunan pasien dhuafa dan kaum papa dalam kurun waktu 2,5 tahun. Sebuah perjuangan dari Gerakan Sedekah Jalanan yang mempunyai spirit besar menjadi sori tauladan Indonesia dengan mengajak bersama-sama mencari jalan keluar tanpa menangis meminta-minta untuk menolong, membahagiakan dhuafa. Sesuatu yang terindah adalah saat orang yang sedang kesulitan menjadi bahagia karna bantuan kita – Begitupun Dhuafa yang sakit dapat tersenyum dan sembuh saat kita bersamanya. Sesuai (SMS) dari Rasulullah, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaat untuk orang lain”

Sebagai Doa Penutup, "Semoga kita semua di #SedekahRombongan terus konsisten ikut merahmati Alam Semesta bergerak lewat gubuk-gubuk si miskin dan niscaya akan menjadi pahala penghapus dosa, pahala yang mengalir untuk kedua orangtua kita serta menjadi ladang investasi pahala kita untuk tempat terakhir di akhirat nanti – Amiin"
Semoga tulisan ini menarik dan mohon maaf bila tak menarik dan sudah terlanjur membacanya… Wallahu ‘Alam…
Wassalamu’alaikum…

Salam #TEMBUSLANGIT,
Kang Eded - @ddsyaefudin – Kurir #SedekahRombongan