Monday, September 19, 2011

Menyatukan Serpihan Masa Lalu – Episode 2 - Ciganea 17 Sept 2011

Paska perjumpaan kami para alumni SMA Islam Cipasung angkatan 1986 – 1989 pada acara Buka Bersama (bukber) di Restoran Sunda Ampera Bogor, pertengahan bulan Agustus lalu - http://dedesyaefudin.blogspot.com/2011/08/menyatukan-serpihan-masa-lalu.html -, ada perasaan tersendiri mengisi pemikiran kami – Indah sekali... Seperti saat ini kami kembali ada dalam satu wilayah edukasi tempat kami dulu belajar, bercengkrama, tidur, makan, mengaji. Alhamdulillah walau hanya baru pada fase komunikasi namun dengan mudahnya kita buat acara lanjutan dengan makna Ibadah, dibingkai momen Halal Bil Halal (HBH), Kemudahan komunikasi juga yang berhasil membuat kita terus menambah angka teman yang selama ini hanya cuma dalam hitungan jari, kini bertambah lagi dan lagi walau sedikit demi sedikit hingga mencapai hampir 40 orang yang dapat hadir memadati rumah kediaman Nia L. Mardia, Teman kami yang baik yang dengan bahagianya menyediakan kami makanan dan minuman serta iringan organ tunggal menghibur kami.
Beberapa dari kami ada yang memang sudah puluhan tahun lamanya sengaja mencari-cari dan saling mencari keberadaan terakhir masing-masing... Subhanallah, RINDU sekali... Ada yang di luar kota bahkan dari luar negeri, sahabat kami seorang seniman lukis tinggal di Erofa, sengaja mengatur waktu senggangnya untuk dapat hadir bersama. Satu bukti nyata anugrah, kenikmatan dari Allah tidak pernah sedikitpun dikurangi pada diri setiap manusia dan tidak bisa kita dustai, "Fabiayyi Aala Irobbikuma Tukadzibaan (QS.55:16)". Gembira sekali rasanya kami bisa berjumpa lagi, namun ada juga kesedihan... karna ada beberapa TEMAN yang sudah pergi duluan dipanggul Ilahi, "Allahummaghfirlhu Warhamhu Wa 'Aafihi Wa'fu 'Anhu...”.
Riuh rendah, Gelak lepas tawa menjadi harmoni perjumpaan bercampur bersama aroma Sate Maranggi khas Purwakarta yang sedang dibakar oleh tuan rumah untuk sajian makan siang kami menyeruak masuk ke dalam ingatan sampai saat ini, Ya... salah satu pelengkap cerita ini. Lucunya beberapa topik pembicaraan kami yang tidak beraturan, berkelompok, akhirnya mengerucut ke dalam zona: memori, introspeksi, klarifikasi dan konklusi. Seperti contoh kalimat berikut: “Kenapa dulu guru A seperti tidak suka padaku?”, “Eh dulu sebetulnya kamu gak dekat banget sama kita ya? Atau “Ihh orang-orang semua sampai sekarang masih aja nganggap aku kekasih dia”, Lebih buruk lagi... “Kurang ajar ya... dia khan pembina harusnya melindungi kita”.
Ada keunikan tersendiri selain kami pelajar SMAI Cipasung saat itu, juga santri pada malam harinya dimana kami tinggal di asrama. Dalam satu asrama itu terdapat beberapa kamar yang disebut Kobong dan dalam satu kobong itu kita bisa tinggal bersama anak yang bersekolah di SMPI, MAN bahkan Mahasiswa IAIC yang mana semuanya ada dibawah naungan Pesantren Cipasung. Maka yang hadirpun terdapat beberapa Alumni SMPI yang memang sengaja diikut sertakan walau tidak melanjutkan ke SMAI, namun masih tetap memiliki emosional persahabatan yang sejati. Luar biasa, Cerita-cerita nyata ini tak pernah ada saat SMA – Baru disadari dan rasakan di antara kami bisa saling terbuka untuk berbagi, sekedar sumber gosip atau kepada tahap klarifikasi tadi.
Sampailah pada kesimpulan pertemuan, dimana kita mendefinisikan makna HBH ini harus mempunyai OUTPUT yang berarti bila dikaitkan dengan Cipasungnya yang hijau warnanya yang semestinya ada esensi Rahmatan Lil ’Alamin. Dimana setiap saat kita harus selalu mengajak keluarga bersujud bersama kepada Allah, selalu menjadi mantan murid yang sholeh dan sholehah - karna akan lebih baik dari pada menjadi guru yang buruk sampai tua, selalu baik kepada keluarga, teman dan masyarakat. Selain itu secara spontanitas kami sepakat untuk melakukan Charity atau kegiatan Amal kepada beberapa mantan guru kami yang sudah tidak berpenghasilan atau yang saat ini terbaring di tempat tidur dalam kondisi sakit.
Astaghfirullah, Kenapa kami baru sadar...? Ya Allah, Hambamu telah lupa bersyukur atas nikmat yang telah engkau berikan. Guru-guru itu telah membuat kami berilmu, berharta, memberi kami kepercayaan diri melihat dunia bahkan dikenal dunia. Terima kasih Engkau menyatukan kami, mengingatkan... Pada bagian ini semoga syukur yang kupanjatkan untukMU adalah kata kunci pada saat berdoa padaMU atas rahmat dan berkah yang tiada henti-hentinya KAU berikan, Amiin.
Sampai jumpa di momen berikutnya, Insya Allah
Wassalam,
Dede Syaefudin - SMAI/Biologi/1987, 17 Syawal 1432H.
Special thanks to:
  • Nia Lailatul Mardia & Lianasruddin for your foods and drinks and the sweet home.
  • Hilarious and funny of Kobong BBM members: Nema Une, Couple Jiwan and Ning Nong Blenong, Noceng Rongewu, Jajang si Kasep, Ite Markite, Evy Minah, Noer HS.(Hayang Seuri), Ustadz Haedar, Lava the Lawyer, Nia-Lia Babah as well and Novi the Uptown Girl.
  • and all participated friends which are not able to be mentioned one by one, May Allah bless you and all families. See you on next project.
Pictures:

· Alumni 1986
· Alumni 1987:
· Alumni 1988:

· Alumni 1989:
· Alumni SMPI:

Sunday, August 14, 2011

Menyatukan Serpihan Masa Lalu

Momen Ifthor Jamai hari Sabtu, 13 Agustus 2011 kemarin adalah momen istimewa bagi kami walaupun dihadiri tidak lebih dari selusin teman. Kami berbuka puasa di RM.Ampera, Bogor bersama beberapa teman lintas angkatan dibawah naungan payung besar Alumni Pesantren Cipasung. Acaranya ini sendiri terprakarsai dari Group BBM dan Sosial Media Facebook yang merupakan jaringan koneksi kami setelah hampir rata-rata dari kami terpisah 24 tahun lamanya.
Kami tidak menyangka awal perjumpaan kami diniatkan untuk mengadakan acara berbuka bersama, menjalankan kebiasaan yang dianjurkan Rasulullah untuk mengisi bagian Ramadhon yang Indah ini. Walaupun jarak kami banyak yang lumayan berjauhan tapi... Subhanallah, bahkan ada salah seorang teman wanita, dia sanggup menggunakan Bis umum dari Sumedang ke Bogor sendirian demi rencana mulia ini... Takkan kami lupakan perjuanganmu....
Suasana riang, haru, sedih bercampur menjadi harmoni yang jelas menarik kami larut dengan masa lalu, bersatu kembali dengan serpihan jiwa kami yang sempat “terlepas” hampir dua kali usia kami saat itu. Dimana lembar kehidupan kami pernah diberi warna dan angka sebagai bagian dari dimulainya perjalanan hidup kami saat remaja.
Kami saling menatap, tak jauh berbeda kecuali bentuk tubuh yang kebanyakan menjadi gemuk , rambut sedikit beruban bahkan ada yang mulai botak serta raut muka yang semakin menua. Tapi, tawa kami tetap lepas, gurauan kami tak berbeda, meski dunia kami sudah saling berbeda.
Cerita kami tetap searah namun luas: dari mulai Guru kami yang bersahaja, Guru kami yang suka nagih telat bayaran SPP, Teman kami yang paling ngocol dan pintar hingga, Nanay tukang Mie, Uu Darbo Tukang Rokok hingga bi Mala dan ceu Eutik - Dua perempuan cerewet namun baik hati tempat kami berhutang makan. Semoga topik pembicaraan kami tentang mereka menjadi doa agar mereka semua ada dalam lindungan Allah SWT.

Kami hadir dengan status masing-masing sebagai Guru, Pengusaha, PNS, Profesional, Seniman, Anggota Legislatif, Istri, Ibu Rumahtangga, dll…. Namun, di momen ini kami lepaskan semua status dan latar belakang itu dan larut sepenuhnya, menyatu dalam kenangan dan kenyataan bahwa kami berasal dari tempat yang sama yaitu “Cipasung”.
Tak terasa waktu jualah yang mengatur kami untuk berpisah, padahal masih banyak cerita, pertanyaan dan jawaban tak beraturan yang belum semuanya menjadi tema sore itu.
What next? Begitu beberapa dari kami saling bertanya... Apakah kita akan rutin bertemu dan saling mengeluarkan ide-ide untuk berbagi, charity, sharing, informasi dan lainnya?.
Bagiku doa yang belum sempat aku katakan adalah marilah kita selalu saling mengingatkan, selalu mengajak keluarga kita, handai taulan untuk meningkatkan sujud kita kepada Allah Azza Wa Jalla... karna di bawah “Kobong Cipasung” kita dulu belajar bersujud, Kita syukuri karena tanpa DIA mustahil kita bertemu dan mewujudkan rencana-rencana kita.
Sampai bertemu di momen berikutnya... Insya Allah....
Wassalam,
Dede Syaefudin - SMAI/Biologi/1987, 14 Ramadhan 1432H.
Special thanks to dearest friends:
Neneng Maryam Hulaemi, Lilies HR, Muklis Nceng, Moch.Lianasrudin, Lava Sembada, Iwan Setiawan, Ning Noer, Novi Sopiah, Dadang Abdul Latif, Muh.Hasan, Cecep Haerudin and Zainul Muttaqin. May Allah bless you and all families. See you on next project.

Thursday, January 20, 2011

PRESIDEN ORSAH DARI PARTAI MISKIN

“Ya, sudah. Cukuplah sudah kita punya presiden yang tak pernah miskin. Bicara peduli wong cilik-wong cilik tapi program kerja negara dari tahun ke tahun peduli wong kayo melulu.” Kata pak Nowan, yang paling cerdas diantara para pemulung itu.

”Jadi menurut pak nowan, gimana, toh?” Si Ipul si pengamen penasaran bertanya.

”Jumlah kita wong miskin di negeri ini 35 juta orang. Itu yang sudah bisa memilih di pemilu kira-kira 20-25 juta orang. Itu di parlemen bisa dapat minimal 40-50 perwakilan. Dengan menguasai 10% parlemen kita bisa atur anggaran negara yang selama ini menguntungkan wong kayo untuk berorientasi ke wong miskin..”Kata pak Nowan semangat, disambut tepuk tangan teman-temannya sesama pemulung pengamen, anak jalanan, pedagang asongan. Pengemis, tukang bakso, tukang parkir dan satpam pasar.

Akhirnya di 17 Agustus 2012, di sebuah kampung kumuh pinggiran ibu kota, partai besar itu berdiri : PARTAI MISKIN! Seorang notaris yang bapaknya dulu petani miskin, secara sukarela mencatatkan nama partai itu, lalu 7 hari kemudian diuruskan ke Kementrian Hukum negeri Opini.

”Ada-ada saja nih orang-orang. PARTAI MISKIN? Hahahahahaha. Berapa anggota partai anda?” tersenyum sinis si petugas menerima pendaftaran.

” 53 juta orang diseluruh propinsi, seluruh kabupaten, seluruh kecamatan, seluruh desa!” Jawab pak nowan mantap.

Bukan hanya si petugas Kementerian Hukum yang terbelalak, segera setelah pencatatan itu dan dilakukan verifikasi, maka memang partai itu benar-benar punya kepengurusan di semua desa/kelurahan seluruh negeri. Semua rakyat yang masih merasa kurang makan, sandang dan perumahan mendaftar ke partai pimpinan pak Nowan ini. Dan ada 53 juta yang menyatakan siap mengubah negeri opini di 2014 menjadi negeri yang berpikir secara orang miskin.

Cara penyampaian informasinya pun tidak perlu muluk-muluk dan mahal. Dari mulut-ke mulut ide partai disampaikan, antar propinsi pakai surat, sms atau email. Lalu dengan uang iuran yang Cuma seribu per anggota, didapat modal awal 53 milyar. Ini digunakan untuk melengkapi perlengkapan partai dan biaya konsolidasi pengurus yang jalan ke sana-sini naik bus umum, becak, ojek, tetapi kalau mau ke pulau lain tetap harus naik pesawat.

Di 17 agustus tahun 2013, Partai Miskin makin menakutkan bagi partai-partai lama, karena semua kota, semua desa ada rumah yang memasang lambang partai miskin, yaitu baju compang-camping. 3 lembaga survey di negeri opini menunjukkan, kalau pemilu diadakan saat itu maka suara untuk Partai Miskin berkisar antara 32-35%. Dan ini semakin mengejutkan karena orang-orang kelas menengah yang kebanyakan golput di pemilu sebelumnya, lebih memutuskan memilih partai miskin daripada golput.

”Saya senang dengan slogan dan program serta visi dan misi partai ini: Mari membangun negeri opini dengan pola pikir orang miskin. Pilihlah pemimpin yang pernah miskin. Jangan pilih orang kaya yang ngaku peduli orang miskin.” kata Indri, mahasiswi simpatisan Partai Miskin.

Dan akhirnya, tahun 2014, Juli pun tiba. Pemilu negeri opini pun akan dilakukan. Partai penguasa yang putus asa, karena orang miskin yang selama ini biasa disogok dengan sembako mulai cerdas, sembako diterima, tetapi tetap milihnya mau Partai Miskin. Akhirnya diaturlah bagaimana supaya kebanyakan orang miskin ini tidak dapat undangan atau tak terdata, seperti yang mereka lakukan selama ini dan memang mempengaruhi hasil pemilu, karena diduga sekirat 5 jutaan mata pilih orang miskin tak dapat undangan pemilu.

Tetapi dimanipulasi sedemikian rupa pun, Partai Miskin tetap menang dengan perolehan 65 juta suara dari 183 juta mata pilih, sekitar 36% kursi parlemen. Dan mereka menduduki 178 kursi dari 500 parlemen.

Oktober 2014, Pada saat pemilihan presiden, Pak Nowan diusulkan Partai Miskin jadi presiden, tapi dia menolak.

”Tujuan Partai Miskin didirikan tidak muluk-muluk. Kita ingin negara ini dibangun berorientasi ke rakyat miskin dan karena jumlah kemiskinan banyak itu tak pernah mau di hilangkan oleh partai-partai lama, malah hanya dimanfaatkan untuk dapat suara, makanya kita bikin Partai Miskin supaya suaranya satu. Untuk jadi presiden, lain lagi, perlu orang yang pintar diplomasi dan berwibawah. Kalau saya jujur aja belum bisa, kita di parlemen dulu saja. Kita pake batik saja pun batik murah, makan masih pake tangan, bahasa inggris gak bisa, mau ngobrol dengan tentera gak bisa. Kita perannya di pengawasan saja. Setuju?” Kata Pak Nowan menjelaskan ke rakyatnya.

Maka, walau parleman dikuasai orang-orang katrok bermuka hitam kumuh, telapak tangan kasar dan bersendal butut, tetapi presiden tetap dari orang kaya.

Anggota parlemen 178 orang dari Partai Miskin benar-benar dipilih partai dari yang berkepribadian sederhana. Mereka semua sepakat tetap hidup sederhana. Gaji dan tunjangan anggota parlemen yang 100 jutaan/bulan, mereka pakai sendiri paling 10 jutaan, 90 jutaan mereka bagi-bagi ke orang miskin di daerahnya.

Yang paling mencolok di negeri opini sejak sepertiga parlemen dikuasai Partai Miskin adalah anggaran belanja yang lebih ramping dan dominan ke pengentasan kemiskinan dan anti fasilitas. Program mercusuar pembangunan gedung ini-itu, even ini-itu tidak lolos. Study banding pejabat/parlemen ke luar negeri ditiadakan. Kalau mau belajar, disarankan lewat internet atau orang dari luar negeri datang ke negeri itu ngasih ceramah. Fasilitas mobil dinas, rumah dinas ditiadakan. Anggota parlemen dari Partai Miskin tetap tinggal di rumahnya, walau direhab dikit-dikit, dan kalau yang dari luar ibu kota, mereka ngontrak rumah susun tipe 36, atas biaya sendiri.

Yang membuat frustasi anggota parlemen partai lain adalah kegemaran orang Partai miskin melaporkan gratifikasi ke badan anti korupsi. Setiap ada rapat undang-undang atau fit and prover test yang biasanya dikasih amplop dari orang-orang yang berkepentingan, dengan lugunya mereka melaporkannya ke badan anti korup, sehingga anggota parlemen lainpun jadi diperiksa dengan lie detector dan yang tidak ngaku ditahan, lalu dipecat.

”Kurang ajar benar orang-orang miskin itu. Kalau Cuma mengandalkan 100 juta sebulan, rugi aku jadi anggota parlemen. Ngarap uang-uang amplop inilah aku keluar 1 M kampanye. Gara-gara rombongan katrok itu lugu sekali melapor-laporkan amplop, aku gak bisa dapat apa-apa lagi. Enakan tetap jadi boss preman di kampungku, bisa kudapat 200 juta sebulan. Dasar sial jadi parlemen periode ini.” gerutuh si Oye, Boss preman yang menyogok 1 M ke partai pemenang tahun kemaren supaya masuk caleg jadi.

Dia pernah dikasih tau pengurus partai bahwa anggota parlemen itu penghasilannya tidak cuma gaji, tapi bisa jalan-jalan ke luar negeri, bisa minta jatah proyek, bisa dapat amplop untuk memuluskan undang-undang dan memilih orang-orang yang di fit prover test, bisa dapat uang terima kasih kalo bisa jadi calo anggaran daerah-daerah pemilihannya, dll. Jadi dengan menyogok 1 M ke partai, dan 1 M biaya kampanye bagi-bagi kaus-sembako, dia perkirakan bisa dapat 10-15 milyar setahun atau 50-75 milyar dalam 5 tahun. Tapi sejak Partai Miskin mendominasi parlemen, dalam 6 bulan pertama dia jadi anggota parlemen, dia Cuma makan dari gaji saja, Cuma dapat 600 juta, itupun sepertiga harus stor ke partai, tinggal 300 juta. Bisa dibayangkan geramnya dia betapa jauh panggang dari api.

Dan perubahan besar pun terjadi, dalam 5 tahun negeri opini lebih berkembang pesat. Kapal perang dan alat pertahanan dibeli menghabiskan 50 trilyun, dana yang selama ini dipakai untuk plesiran dijadikan membeli itu semua, membuat negara tetangga jadi segan dan tidak berani memprovokasi negeri opini lagi. Gaji tentara dan polisi dinaikkan, supaya negeri tambah aman. Program kerja yang banyak memerlukan tenaga kerja digalakkan. Pemberian beasiswa pada pemuda miskin yang pintar menggantikan anggaran untuk membeli mobil dinas pejabat. 50 trilyun yang biasa dipakai untuk acara seremonial ini-itu, untuk bikin baju-baju pejabat pun dipakai untuk bangun 100 rumah sakit Type A gratis untuk rakyat miskin.

Bahkan peringatan 17 Agustus 2015, pertama kalinya pengibaran bendera dilakukan oleh 3 orang dari militer, tidak lagi oleh pasukan anak SMA yang dilatih 3 bulanan.

”Milyaran dana keluar untuk hanya mengibarkan bendera. Bagus, tapi boros. Belum lagi mark-up dananya, belum lagi pelecehan-pelecehan anak-anak itu di camp oleh seniornya. Stop pasukan-pasukanan. Kibarkan biasa saja. Uang milyaran rupiah itu belikan krupuk biar dibagikan ke kampung-kampung untuk lomba makan krupuk. Setuju?”Kata pak Nowan. Anggota partai lain gak berani bantah. Udah habis suara mereka di parlemen karena dongkol.

”Saya hanya mau bicara kalau ada uangnya. Kalau Cuma dapat segini di parlemen, mendingan aku diam saja, atau tidur..” Kata mereka.

Tanpa terasa, 17 Agustus 2025, 10 tahun setelah Partai Miskin menguasai parlemen dan berhasil membuat pembangunan yang berorientasi ke rakyat miskin, maka jumlah orang miskin pun berkurang drastis tinggal 8 juta orang, tetapi pemilih Partai Miskin terus bertambah, dimana pemilu 2024 mereka memenangkan 52% parlemen. Dan pak Nowan, yang sudah 10 tahun di parlemen dan sudah mengerti bertatanegara yang baik pun terpilih jadi presiden.

Di peringatan kemerdekaan negeri opini tahun ini pun pak Nowan memutuskan ikut mengibarkan bendera sendiri di dampingi ketua DPR Ipul si mantan pengamen dan Oye, mantan boss preman yang insyaf sebagai ketua MPR. Selesai mengibarkan bendera si pemimpin besar, pak Nowan pun berpidato kenegaraan di tahun pertamanya.

”Gaji saya sebagai presiden 120 juta, kebutuhan hidup saya sekeluarga cuma 30 an juta, itu pun karena saya terlanjur jadi pejabat. Masih ada 8 juta manusia di negeri ini yang untuk makan dan berpakaian setiap hari pun kekurangan. 90 juta sisa gaji saya sebulan akan saya kasih ke 8 juta orang itu, minimal untuk beli beras. Lalu 5 tahun ke depan saya mau semua anggaran belanja negeri ini berorientasi supaya 8 juta orang miskin itu tidak miskin lagi. Dan kalau toh masih ada yang miskin, itu pun karena salah mereka sendiri, karena judi, karena boros, dan bukan karena tidak ada yang dimakan. Partai Miskin, walaupun tidak ada orang miskin lagi di negeri ini, tidak harus berganti nama dan visi-misi. Tetaplah berpikir secara orang miskin dan kenanglah, bahwa partai ini muncul karena pernah ada 30 an juta rakyat miskin di negeri opini yang sudah bosan janji-janji orang kaya, sehingga kita merasa perlu punya suara sendiri yang mewakili kita. Negeri opini sekarang sudah disegani dan kaya raya, tapi marilah kita semua tetap berpikir sebagai orang miskin, supaya kita tidak mau lagi miskin. MISKIN JANGAN DIPELIHARA..! MERDEKA..!” Tepuk riuh rendah bergemah di negeri itu, sebuah negeri yang sudah menjadi kekuatan ekonomi dunia, tetapi dipimpin oleh presiden yang pernah jadi orang miskin.


(TERPILIHLAH PRESIDEN YANG PERNAH MISKIN/POSMASIAHAAN)